Lansia Korut Jual Kupon Bir Hingga Rumah Demi Makan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Tak kuasa menahan lapar akibat krisis, warga lanjut usia di Korea Utara rela menjual kupon bir, bahkan rumah mereka, demi mendapatkan uang untuk membeli makan. Kebanyakan lansia mengaku terpaksa menjual segala harta kekayaan karena gaji pensiun mereka tak cukup untuk memenuhi kebutuhan.
Baca juga:
Rusia Tuduh Ukraina Bunuh Anak Sekutu Putin
Kondisi kian parah karena kini, Korut tengah dilanda krisis ekonomi, membuat harga pangan terus melambung.
Seorang warga di Pyongyang terpaksa menjual 12 kupon bir. Kupon yang diberikan pemerintah tiap bulan itu biasanya dipakai untuk ditukar dengan dua liter bir per bulan.
"Anda dapat melihat lansia tua dan lemah menjual kupon bir untuk mendapatkan uang di Bar Bir Taedonggang," katanya kepada Radio Free Asia.
Sumber itu mengatakan para lansia penjual kupon biasanya adalah orang-orang yang tak bisa hidup dengan hanya mengandalkan pensiunan. Gaji pensiun di Korut sendiri hanya sekitar 1.000 won atau setara Rp16 ribu per bulan.
Jika menjual seluruh jatah kupon mereka selama enam bulan, para lansia bisa mendapatkan sekitar 9.600 won atau Rp158 ribu.
"Mereka berada di luar seharian, berkeringat di cuaca panas. Namun, lansia yang tak memiliki tabungan atau tak mendapatkan bantuan dari anak mereka harus melakukan ini. Tak terhitung jumlah lansia yang mengalami situasi ini di Pyongyang," tutur sumber itu.
Sejumlah lansia di Pyongyang bahkan terpaksa menjual rumah mereka untuk bisa mendapatkan uang makan.
"Pada awal Juli, orang tua teman saya di Distrik Chung, menjual apartemen tiga kamar mereka dan pindah ke apartemen satu kamar di Distrik Mangyongdae," kata sumber itu.
Menurut sumber itu, ayah temannya tersebut menyandang gelar Pahlawan Buruh. Pemegang gelar tersebut biasanya mendapatkan bantuan pangan tambahan dan uang pensiun lima kali lebih banyak dari lansia lainnya.
Namun, uang pensiun senilai 5.000 won tersebut hanya cukup untuk membeli satu kilogram nasi. Sumber lain di Kota Hoeryong mengatakan masalah ini menyebabkan banyak lansia sulit bertahan hidup, apalagi gaji pensiun kerap tidak tepat waktu.
"Di Hoeryong dan di kebanyakan provinsi, dana pensiun dari jaminan sosial yang diberikan ke lansia ditutupi dari pajak pedagang pasar," ucapnya.
Namun, pasar di Hoeryong tak dapat berfungsi secara penuh akibat penguncian (lockdown) dan pembatasan sosial, membuat pemerintah tak memiliki dana untuk gaji pensiun.
Korut sebenarnya memiliki sejumlah panti jompo. Namun, ruang di panti tersebut hanya diberikan ke orang-orang istimewa.
"Realitanya, hanya pejabat dengan latar belakang kuat, seperti veteran, orang-orang berjasa, atau pejabat yang bisa tinggal di panti," katanya.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net