Mantan PM Israel: Putin Janji Tidak Akan Bunuh Zelensky
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Seorang mantan perdana menteri Israel, Naftali Bennett, mengungkap pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin di awal invasinya ke Ukraina. Menurut Bennet, kala itu Putin berjanji tidak akan membunuh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Bennett pernah bertugas sebentar sebagai mediator pada awal perang Rusia dengan Ukraina. Ketika itu dia mengetahui ada janji dari Presiden Rusia itu untuk tidak membunuh Zelensky.
Seperti dilansir AP News, mantan Perdana Menteri Naftali Bennett menjadi perantara yang tidak terduga dalam minggu-minggu pertama perang, menjadi salah satu dari sedikit pemimpin Barat yang bertemu dengan Presiden Vladimir Putin selama perang dalam perjalanan singkat ke Moskow Maret tahun lalu.
Sementara upaya mediasi Bennett tampaknya tidak banyak membantu untuk mengakhiri pertumpahan darah antara Rusia dengan Ukraina, yang berlanjut hingga hari ini.
Dalam sebuah wawancara yang di-posting online Sabtu (4/2) malam, dia menjelaskan, ada diplomasi ruang belakang dan upaya mendesak yang sedang dilakukan untuk mencoba membawa konflik ke penyelesaian yang cepat.
Dalam wawancara lima jam, yang menyentuh banyak topik lain, Bennett mengatakan, dia sempat bertanya kepada Putin tentang apakah dia bermaksud membunuh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
"Saya bertanya 'ada apa dengan ini? Apakah Anda berencana untuk membunuh Zelensky?', lalu Putin berkata, 'Saya tidak akan membunuh Zelensky'," ujarnya.
"Saya kemudian berkata kepadanya, 'Saya harus paham bahwa Anda berjanji bahwa Anda tidak akan membunuh Zelensky." Lalu Putin berkata lagi, "Saya 'Saya tidak akan membunuh Zelensky.'"
Bennett mengatakan, dia kemudian menelepon Zelensky untuk memberi tahu dia tentang janji Putin.
"'Dengar, aku keluar dari rapat, dia tidak akan membunuhmu.' Zelensky bertanya, 'apakah kamu yakin?' Aku berkata, '100% dia tidak akan membunuhmu.'"
Bennett mengatakan bahwa selama mediasinya, Putin membatalkan sumpahnya untuk mengusahakan perlucutan senjata Ukraina dan Zelensky berjanji untuk tidak bergabung dengan NATO.
Saat perang Rusia dan Ukraina pecah, Bennett merupakan pemimpin yang diaggap belum teruji dan hanya menjabat sebagai perdana menteri Israel selama lebih dari enam bulan. Tapi, tanpa diduga dia mampu mendorong dirinya ke dalam diplomasi internasional usai dia menempatkan Israel di jalan tengah yang tidak nyaman antara Rusia dan Ukraina.
Israel memandang hubungan baiknya dengan Kremlin sebagai hal yang strategis dalam menghadapi ancaman dari Iran, tetapi Israel bersekutu dengan negara-negara Barat dan juga berusaha menunjukkan dukungan untuk Ukraina.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/net