search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Populasi Anjing Penyebar Rabies Menurun Drastis
Selasa, 8 Maret 2011, 16:45 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BULELENG.

Pencanangan Bali bebas rabies 2012 memang sudah diambang pintu, sehingga jauh-jauh hari koordinasi lintas dinas terkait dilakukan di Kabupaten Buleleng. Hal yang menggembirakan menurut Kadis Pertanian dan peternakan Kabupaten Buleleng, I Putu Mertha Juni Msi, hasil pemetaan populasi anjing penyebar rabies sudah menurun drastis dari angka 141.000 ekor tahun 2009, menjadi 48.986 ekor ditahun 2011 di 9 kecamatan.

[pilihan-redaksi]

"Kita selalu terbuka dengan angka-angka yang validitasnya bisa kita pertanggung jawabkan, sehingga ini akan menyadarkan masyarakat untuk lebih memperhatikan, waspada terhadap binatang peliharaannya yang berpotensi menyebarkan Rabies, tentunya penyedaran dan pehaman itulah itulah yang mampu menggerakkan semua leading sektor untuk bersama-sama menuntaskan masalah rabies di Buleleng," ujar Mertha Juni.

Namun, hal ini juga tidak akan membuat pihaknya lengah, walaupun potensi hewan penyebar rabies (khusus anjing.red), akan tetapi instansi yang dipimpinny akan terus menggalakkan sosialisasi dan memberikan pemahaman kepada masyarakat luas. Seperti penyuluhan, antisipasi dengan vaksinasi massal, sampai langkah terakhir adalah dengan melakukan eleminasi terhadap hewan-hewan yang berpotensi menyebarkan rabies seperti kucing, anjing dan lainnya.

Adanya penurunan populasi hewan penyebar rabies ini ternyata, juga sinergis dengan data periode maret yang dihimpun oleh pihak RSUD Buleleng. Menurut Direktur Umum RSUD Buleleng Dr. Nyoman Mardana, Sp. B, bahwa angka diagnosa sampai Desember 2009, 18 orang suspect Rabies sedangkan 2010 ada 4 orang. Dan sampai saat ini yang sudah mendapatkan VAR ada 32 orang.

Menurut Dr. Mardana bahwa periode 2011 angka masyarakat yang datang ke RSUD dengan diagnosa gigitan anjing yang berpotensi rabies sudah jarang bahkan tidak ada sama sekali. "Kalau dulu hampir setiap hari, sampai 3-4 orang, untuk 2011, jarang bahkan tidak ada,"tegasnya.

Dirut RSUD ini juga menekankan, agar masyarakat betul-betul waspada terutama anak balita jangan sampai terkena gigitan, karena daerah gigitan dari leher sampai kepala bisa menimbulkan kematian karena yang diserang oleh rabies adalah pusat syarat,"imbuhnya.

Reporter: bbn/ctg



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami