search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Puluhan Siswa SMP Serang Sekolah Dasar
Jumat, 2 September 2022, 22:29 WITA Follow
image

beritabali/ist/Puluhan Siswa SMP Serang Sekolah Dasar.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NTB.

Puluhan siswa SMP 14 Mataram ramai-ramai menyerang dan merusak Sekolah Dasar (SD) Negeri Model di Jalan Brawijaya nomor 22 Seganteng, Cakranegara, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat (2/9). 

Dari Video amatir yang kemudian viral di media sosial, puluhan siswa merusak sekat ruang belajar SDN 2 Model Mataram hingga jebol. Siswa menendang, memukul dan melempari ruang belajar SDN 2 Model Mataram hingga jebol.

Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 10.00 WITA itu berlangsung tiba-tiba. Siswa SMP datang menyerang dan merusak fasilitas sekolah. Di antaranya menghancurkan papan pembatas.

Peristiwa itu membuat panik dan ketakutan murid serta guru SDN Model. Sejumlah wali murid pun langsung berdatangan menjemput anak mereka. Guru SDN Model sibuk mengevakuasi muridnya.

Sedianya, masa pembelajaran siswa di SDN Model Mataram ini selesai pada pukul 15.00 WITA. Akibat peristiwa itu, pihak sekolah memulangkan muridnya.

Berdasarkan informasi, peristiwa penyerangan dan perusakan itu diduga berlatar belakang rebutan lahan sekolah. Saat ini, SDN Model Mataram yang memiliki murid sebanyak 270 itu meminjam lahan SMP 14.

Soal rebutan lahan sekolah ini sejatinya sudah berlangsung lama. Namun, aksi penyerangan ini seolah menjadi puncaknya. Siswa belajar di 13 ruang kelas di lahan tersebut.

Aktivitas ini berlangsung sejak 2016 hingga saat ini. Rencananya, sekolah akan dipindahkan ke bekas Universitas Terbuka di Turide. Namun sampai sekarang masih dalam proses.

Dugaan lain sebagai pemicu aksi perusakan, adanya larangan bagi orangtua wali murid parkir di halaman SMPN 14 Mataram. Rupanya, info itu tidak sampai ke telinga kepala sekolah.

Kapolsek Sandubaya, Kompol Mohammad Nasrullah menjelaskan ada upaya untuk mediasi kedua pihak.

“Rencananya mau dimediasi di Polsek. Namun ketua komite sama ada beberapa anggota dewan di sana, jadi dimediasi di sekolah untuk sementara,” terang Kompol Nasrullah, dihubungi via WhatsApp.

Diterangkan Nasrullah, kerusakan terjadi pada pembatas antara SDN Model Mataram dengan SMPN 14 Mataram.

Nasrullah menjelaskan, SDN Model Mataram memang meminjam sebagian gedung SMPN 14 Mataram sejak 2014 dengan perjanjian meminjam 2 tahun. Namun sampai dengan saat ini masih menetap di sana dan belum juga pindah. Di mana SDN Model Mataram berencana pindah ke lokasi Universitas Terbuka di Turida dalam waktu dekat.

Dari mediasi yang dilakukan pihak kedua sekolah dan dinas terkait, telah mendapat kesepakatan yakni untuk kerugian kerusakan pembatas tidak ada karena sesuai kesepakatan seluruh pihak setuju untuk berdamai. Selain itu sekat pembatas antara SDN Model Mataram dan SMPN 14 Mataram akan dibuka mulai besok, sehingga tidak ada pembatas lagi.

Selain itu, apabila aksi anarkis serupa terulang seluruh pihak dari SD atau SMP yang terlibat akan ditindak tegas.

“Untuk dampak psikis dari Dinas Pendidikan dan Lembaga Perlindungan Anak akan turun langsung memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami trauma berkepanjangan dengan mendatangkan ahli psikologi,” jelasnya. 

Joko Jumadi dari Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Mataram mengatakan, masalah rebutan lahan sekolah ini sudah berlangsung lama dan memiliki problem yang sangat kompleks. Pihak SD yang awalnya "menumpang" dua tahun, namun berlanjut hingga 6 tahun menempati 8 ruang kelas SMPN 14 Mataram.

"Siswa SMP selama itu pula menempati ruangan seadanya. Kalau hujan kehujanan, kepanasan dan hanya beratap spandek," terang Joko Jumadi, dihubungi via WhatsApp, Jumat (2/9).

Keluhan para guru tentang situasi ini, juga didengar para siswa SMP. Disamping itu, ada kesenjangan antara siswa SMP yang rata-rata berasal dari orang tua kurang mampu. Sebaliknya, siswa SD Model yang menumpang lahan, rata-rata berasal dari wali murid strata ekonomi menengah ke atas.

"Jadi ada semacam kecemburuan, karena siswa SD Model ini berasal dari keluarga mampu. Dan ruang kelas mereka juga dilengkapi AC," ujar Joko Jumadi.

Diterangkan, siswa SMPN 14 Mataram harus belajar di area parkir, karena sebagian ruang kelasnya digunakan untuk belajar murid SD Model yang hingga kini masih ‘numpang’ gedung di sekolah di Siganteng tersebut.

Bahkan sudah tiga kepala dinas yang menjabat dari 2016 lalu sampai 2022 ini, kondisi SMPN 14 Mataram masih belajar di areal parkir.” 

Kegiatan belajar mengajar SD Model masih meminjam gedung SMPN 14 Mataram, karena direkomendasikan oleh Dinas Pendidikan Kota Mataram. Akibatnya, siswa SMPN 14 Mataram terpaksa belajar di parkiran, karena kekurangan ruang kelas. 

Kepala SMP Negeri 14 Mataram, Lina Yeti Budi Asih mengatakan, pengrusakan yang dilakukan peserta didik bukan atas perintah para guru. Para guru sudah menahan peserta didik untuk tidak merusak pagar tersebut. Selain itu, pengerusakan pagar pembatas bukan pertama kali terjadi. 

“Ini sudah sering. Kita bisa redam, cuma anak-anak ini akan mulai merasa tidak betah karena belajar di bawah. Kalau jam pertama masih nyaman saja. Kalau mulai siang punggungnya sudah mulai sakit,” katanya.

Diterangkan, sebanyak lima kelas di SMP Negeri 14 Mataram harus belajar secara lesehan karena kekurangan ruang belajar. Sebagian dipakai oleh peserta didik SDN Model. Untuk memberikan kenyamanan saat belajar mengajar, guru memberikan kebebasan kepada peserta didik. Guru memberikan kebebasan kepada siswa sambil tiduran belajar yang penting siswa bisa nyaman belajar.

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/lom



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami