Tingkatkan Imun, Peneliti Unwar Kembangkan Minuman Aloe-Buni
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Peneliti Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa (Unwar) mengembangkan minuman fungsional berbahan lidah buaya (Aloe barbadensis M.) dan buah buni (Antidesma bunius).
Minuman yang disebut sebagai aloe-buni ini memiliki fungsi membantu meningkatkan imun, khususnya di masa pandemi. Pengembangan minuman aloe-buni merupakan bagian dari penelitian bersama antara Universitas Warmadewa dengan Central Bicol State University of Agriculture Philippines.
Peneliti terdiri dari Dr. Luh Suriati sebagai ketua, Dr. I Gede Pasek Mangku, Luh Kade Datrini, Dr. Hanilyn A. Hidalgo dan Josephine Red.
“Tahun pertama formulasi minuman aloe-buni, tahun kedua uji klinis dan potensi pasar, tahun ketiga pengembangan dan pengembangan produk” kata Ketua Tim Peneliti Dr. Luh Suriati saat ditemui di Denpasar pada Rabu (15/9).
Menurut Suriati, lidah buaya dipilih sebagai bahan minuman karena merupakan tanaman obat yang sangat mudah tumbuh di Indonesia. Dalam pembuatan minuman, bagian yang digunakan adalah mucilage lidah buaya yang disebut dengan gel.
Komponen yang terkandung dalam gel lidah buaya antara lain polisakarida yang mengandung lebih dari 75 senyawa kimia fungsional. Sedangkan buah buni dikenal sebagai produk pertanian lain yang kaya akan nilai gizi.
Buah Buni diketahui memiliki aktivitas farmakologis sebagai anti disentri, antioksidan, anti kanker, dan antidiabetik. Buah buni biasanya diolah menjadi minuman seperti sirup, teh, jeli, selai, wine, pewarna, bahkan dapat dikonsumsi langsung karena rasanya yang manis dengan sensasi asam yang cukup kuat.
“Buah Buni di Filipina juga dikenal sebagai buah yang memiliki sifat antioksidan dan baik untuk kesehatan. Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa ekstrak buah buni menunjukkan sifat antibakteri,” jelas Suriati.
Suriati menambahkan formula terbaik produk minuman kesehatan aloe-buni adalah dengan proporsi 1:1 atau 50% gel lidah buaya dan 50% ekstrak buah buni. Minuman aloe-buni tanpa bahan aditif atau pengawet masih layak dikonsumsi sampai hari ke-12.
Reporter: bbn/mul