search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Dibangun Dengan Dana Rp 400 Juta, Jembatan Penghubung Dua Desa Mulai Retak
Kamis, 8 Februari 2018, 05:35 WITA Follow
image

beritabalicom

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, TABANAN.

Jembatan penghubung dua desa antara Desa Penatahan dan Desa Tengkudak, Kecamatan Penebel, Tabanan yang dibangun menggunakan dana ADD tahun 2017, kondisinya sudah mulai retak.Jembatan di atas sungai Celengis yang menghubungkan dua banjar Tegaya Desa Penatahan dan banjar pasek Desa Tengkudak itu, retak di bagian sayapnya.  Apabila tidak segera ditangani jembatan itu bisa ambruk, apalagi saat ini musim hujan dengan intensitas tinggi.
 
Ada 7 Kepala Keluarga (KK) warga banjar Tegayang yang rumahnya berada di Banjar Pasek, menjadi alasan jembatan tersebut dibangun pada tahun 2017 dengan anggaran Rp 400 Juta. Sebelum jembatan dibuat mereka melewati Sungai Clengis untuk beraktifitas ke Banjar Tegayang yang bisa dilalui sepeda motor. Pun kalau hujan deras mereka akan melewati jembatan dari bambu, tetapi motor mereka akan dititip di pinggir jalan.
 
Untuk membantu aktifitas itu, maka desa membuatkan jembatan. Dan juga akan digunakan sebagai jalur wisata tracking. Hanya saja sekarang karena masih proses pembuatan jembatan, sebanyak 7 KK warga beraktifitas harus jalan kaki, tidak bisa menggunakan sepeda motor. Motor mereka dititip di pinggir jalan. Apalagi sekarang sayap jembatan masih retak waktu untuk menikmati jembatan baru masih lama.
 
I Made Gede Suardana (37)  warga Banjar Tegayang yang tinggal di Banjar Pasek, Rabu (7/2/ 2018) mengatakan, jembatan itu dibangun dibangun sejak 8 bulan.  Dan mulai retak retak diperkirakan sejak seminggu lalu.
 
"Sejatinya sangat bersyukur desa membangun jembatan baru karena akan mempermudah aktifitas setiap hari. Sebab urusan kedinasan, anak sekolah ada di Banjar Tegayang. Memang ada sekolah di Desa Tengkudak tetapi jalanya sangat jauh. Setiap hari saya beraktifitas di Banjar Tegayang," ujarnya.
 
Sebelum jembatan ada, ia bersama warga lainya melewati sungai. Kalau musim kemarau motor bisa dibawa ke rumah. Hanya saja kalau musim hujan mengingat air Sungai Clengis besar maka akan melewati jembatan bambu. "Sekarang karena sedang membuat jembatan kami harus jalan kaki, kira-kira tempuh jarak kerumah dari Banjar Tegayang sekitar 1 kilometer,"tutur Suardana.
 
Ia berharap jembatan ini segera diperbaiki sehingga bisa mempermudah aktifitas ke Banjar Tegayang.
 
Sementara itu Perbekel Desa Penatahan, I Nyoman Kurnawiasa membenarkan jika sayap jembatan retak.  Penyebabnya air Sungai Clengis yang meluap  saat musim hujan. Lagi pula diatas sayap jembatan belum terurug tanah karena sedang proses pengerjaan. "Jadi sayap jembatan tidak kuat menahan air hujan sehingga menyebabkan retak," ungkapnya.
 
Dikatakan, meskipun sayap jembatan retak, itu tidak mengganggu kontruksi jembatan yang dibuat dengan panjang sekitar 10 meter dan lebar tiga meter tersebut. "Retaknya ini tidak ada jembatan yang terganggu, yang retak hanya dibagian sayapnya sebelah timur," katanya.  
 
Dijelaskanya, jembatan itu dibangun dengan dana ADD sebesar Rp 400 juta  tahun 2017. “Tujuannya untuk mempermudah masyarakat Banjar Tegayang beraktifitas. Karena warga Banjar Tegayang berjumlah 7 KK ada tinggal di Banjar Pasek, Desa Tengkudak,“terangnya.
 
Ia juga mengatakan jembatan baru tersebut akan digunakan sebagai sana pendukung wisata tracking. “Kami akan segera memperbaiki lagi jembatan tersebut,” terangnya. 

Reporter: bbn/psk



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami