Enam Penyakit Akibat Polusi Udara Yang Bisa Memicu Kematian
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Polusi udara dicap sebagai 'silent killer' karena kasus kematian yang ditimbulkannya. Ada sejumlah penyakit yang disebabkan polusi udara yang mungkin diam-diam mengintai Anda.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut tiap tahun ada 7 juta orang meninggal akibat polusi udara dalam dan luar ruangan. Dari jumlah itu, lebih dari 2 juta kematian berasal dari Asia Tenggara.
Dokter spesialis paru Feni Fitriani Taufik berkata berdasar data kasus kematian disebabkan pneumonia (21 persen), stroke (20 persen), penyakit jantung iskemik (34 persen), penyakit paru obstruktif kronis (19 persen), dan kanker paru (7 persen).
"Hampir 50 persen penyebab kematiannya penyakit paru," kata Feni dalam webinar bersama RSUP Persahabatan pada Rabu (23/8).
Penyakit yang disebabkan polusi udara
1. Pneumonia
Pneumonia adalah bentuk infeksi saluran pernapasan akut yang terjadi pada paru. Kantong udara atau alveoli meradang dan dipenuhi cairan sehingga pasien bisa batuk, demam, napas pendek dan cepat, serta dada nyeri.
Kematian akibat pneumonia sebanyak 21 persen dan ini bukan angka yang kecil. Sejumlah studi telah membuktikan bahwa ada kaitan antara polusi udara dan pneumonia.
Feni menyebut studi pada 2016 menemukan korelasi polutan PM 2,5 dengan pneumonia pada anak yang terpapar polusi udara. Kemudian riset di Hong Kong pada Januari 2011-Desember 2012 menemukan peningkatan konsentrasi PM 2,5 sebanyak 10 mikrogram per meter kubik berkorelasi dengan peningkatan 3,3 persen jumlah pasien pneumonia yang dirawat di rumah sakit.
2. Asma
Polusi udara membuat kondisi orang dengan penyakit asma semakin buruk. Riset di California terhadap 53 anak penderita asma (9-18 tahun) didapat hubungan paparan PM 2,5 dengan penurunan fungsi paru pada pasien asma.
3. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
Paparan PM 2,5 akan memicu radang pada jaringan paru. Ketika paparan terjadi terus-menerus dan dalam waktu lama, paru lama-kelamaan akan cedera lalu memicu PPOK. PPOK singkatan dari penyakit paru obstruktif kronis.
Selama ini kebiasaan merokok merupakan penyebab utama PPOK. Namun ternyata tanpa rokok pun, seseorang bisa terkena penyakit ini. Riset di Vietnam dan Indonesia pada 2015 membuktikannya.
"Prevalensi PPOK pada non perokok 6,9 persen [dan di Indonesia 6,3 persen]. Faktor risikonya polusi udara di dalam dan luar ruangan," kata Feni.
4. ISPA
Polusi udara meningkatkan keparahan infeksi saluran napas terutama pada anak.
Studi terbaru di 2022 pada lebih dari 573 ribu anak dari 35 negara berkembang memiliki temuan menarik. Feni menjelaskan peningkatan 10 mikrogram per meter kubik PM 2,5 berhubungan dengan risiko lebih tinggi terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
5. Tuberkulosis
Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun paparan polusi udara ternyata berhubungan dengan TBC. Mengapa?
Dari riset pada 2019, kenaikan risiko TBC ditemukan pada wilayah yang polusi udaranya tinggi. Kemudian riset terbaru pada 2021, pada lebih dari 83 ribu kasus TBC baru di China ditemukan paparan jangka panjang maupun pendek polusi udara, berhubungan dengan kasus TBC baru, risiko TBC dan kematian akibat TBC.
6. Kanker paru
Kebiasaan merokok terbukti memicu kanker paru. Ternyata selain itu, kondisi lingkungan turut berkontribusi pada kasus kanker paru termasuk paparan polusi udara.
Sebuah meta-analisis menunjukkan risiko kanker berhubungan dengan PM 2,5 dan PM 10. Sementara untuk setiap 10 mikrogram per meter kubik peningkatan PM 2,5, jumlah kasus kanker paru meningkat.
Feni menjelaskan dari riset di RSUP Persahabatan terhadap 300 pasien kanker paru (September 2012-November 2013), ada sebanyak 11,1 persen pasien yang berkorelasi dengan polusi udara.
"Polutan berperan besar dalam 12 kasus atau 11,1 persen kasus kanker paru berkaitan dengan polusi udara," katanya.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net