search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kembangkan Kearifan Lokal Demi Kelestarian Terumbu Karang
Rabu, 8 Agustus 2012, 00:06 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BULELENG.

The Equator Price 2012 terkait dengan program pelestarian terumbu karang berbasis masyarakat dan penghargaan khusus UNDP terkait daerah pengelolaan laut dan terumbu karang menjadi bukti komitmen masyarakat Desa Pemuteran Buleleng dalam melestarikan terumbu karang di wilayahnya. Kesadaran masyarakat menjadi kunci keberhasilan pembangunan taman koral di Pemuteran.

Hasil konservasi laut pemuteran, kini sudah terlihat jelas. Sebanyak delapan puluh jenis terumbu karang dengan ratusan spesies ikan, tumbuh subur di laut Pemuteran. Bahkan hanya beberapa belasan meter dari sana, juga terdapat sea garden, sebuah taman bawah laut yang juga dibangun dengan teknologi biorock.

Bedanya, arus listrik di sea garden digerakkan oleh tenaga surya. Sea garden dibangun dengan meletakkan enam buah bangkai kapal, puluhan patung budha, serta onggokan bangunan tua di kedalaman 20 meter sebagai kerangka terumbu karang.

Hasil konservasi terumbu karang Pemuteran, juga terlihat dari banyaknya taman-taman koral yang terbentuk secara alamiah di sekitar laut Pemuteran. Bentangan ekosistem terumbu karang kini tidak saja menjadi habitat hidup bagi ikan dan satwa laut lainnya. Keindahan taman laut tersebut kini juga menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Guna menjaga kelestarian kawasan pesisir Pemuteran, masyarakat Desa pemuteran mengembangkan pengamanan swadaya dengan membentuk pecalang segara. Pecalang merupakan kelompok pengamanan swakarsa oleh masyarakat adat di Bali. Seperti namanya, pecalang segara (laut) punya tugas khusus mengamankan laut di wilayah Desa Adat Pemuteran, Gerokgak, Buleleng.

Bendesa/Ketua adat Desa Pemuteran Jero Ketut Wirdika mengungkapkan seperti namanya, pecalang segara (laut) punya tugas khusus mengamankan laut, tetapi pecalang segara juga berfungsi sebagai pecalang adat. Selama ini para pecalang tersebut bekerja secara sukarela tanpa meminta bayaran. Sedangkan khusus untuk operasional para pecalang selama ini didanai secara swadaya dan bantuan donatur dari hotel-hotel yang ada di sekitar kawasan Pemuteran.

“Kesulitannya adalah bagaimana mendanai mereka, dari desa adat ini belum mampu mendanai, ini belum ada kesejahteraan, Cuma mereka itu semacam ngayah (bekerja secara sukarela) tanpa dapat upah, artinya tidak dapat penghargaan, artinya dia senang ngayah, ini juga perlu kita pikirkan kedepan,” ucap Jero Ketut Wirdika.

Wakil Ketua II Pecalang segara atau petugas pengamanan adat wilayah laut Desa Pemuteran Made Gunaksa mengakui walaupun wilayah Pantai Pemuteran telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi tetapi masih saja terdapat oknum yang melakukan pencurian ikan. “kalau yang namanya pencuri selalu ada, tetapi tidak separah tahun-tahun lalu, tetapi sekarang kebanyakan orang luar karena di desa kami sudah setiap ada pertemuan, setiap ada odalan/upacara di pura, setiap ada perkumpulan selalu kami memberikan pesan tersebut,” ujar Made Gunaksa.

Menurut Gunaksa, selama ini pencuri yang tertangkap hingga dua kali akan diserahkan ke pihak kepolisian. Selama ini Pecalang segara dengan jumlah personil sebanyak 36 orang selalu siap siaga selama 24 jam. Dimana untuk dana operasional dalam sebulan membutuhkan dana mencapai 6 juta rupiah.

Selain masalah keamanan, tantangan dalam menjaga kelestarian terumbu karang di pemuteran adalah masalah sampah. Bendesa/Ketua adat Desa Pemuteran Jero Ketut Wirdika menyatakan sampah kiriman terutama sampah plastic menjadi ancaman bagi pertumbuhan terumbu karang.

 “tentang sampah-sampah plastic dan kiriman dari luar , kita juga sudah menempatkan semacam tempat sampah artinya pengolahan sampah dan juga yang dikedepankan adalah bagaimana pantai ini bersih tentang sampah dan pantai kita ini aman dari jangkauan luar artinya orang yang pakai potassium,” terang Jero Ketut Wirdika. Tokoh Masyarakat Desa Pemuteran Wayan Siram mengungkapkan guna mengatur pembangunan wilayah pesisir, tokoh adat Desa pemuteran kini menyiapkan awig-awig atau aturan adat untuk melindungi dan mengelola wilayah pesisir.

Awig-awig tersebut nantinya akan memuat aturan tentang pemanfaatan wilayah laut dan tata ruang wilayah pesisir sebagai upaya mewujudkan pembangunan wilayah pesisir berkelanjutan. Mengingat aturan adat sangat dipatuhi oleh masyarakat desa. “Memang aturan di desa pekraman (adat) dianggap dekat sekali dengan dirinya, jadi kalau aturan pemerintah gampang sekali kalau dia mau sembunyi-sembunyi sedikit bisa tapi kalau desa pekraman sulit karena kita ada di lingkungan disini makanya lebih taat dengan aturan adat,” ujar Wayan Siram.

Sementara Anggota Dewan Etik United Nations World Tourism Organization (UNWTO) atau organisasi pariwisata dunia I Gde Ardika mengusulkan agar masyarakat Pemuteran segera membentuk badan pengembangan pariwisata untuk mewujudkan Eco wisata di Pemuteran. “Dan itu memang dikembangkan oleh dunia untuk mengembangkan komunitas pariwisata berbasis masyarakat, kita di Pemuteran telah memulainnya dengan baik dan mendapat pengakuan dan harus dilanjutkan kedalam bidang-bidang yang lebih luas,” tegas I Gde Ardika.

Kepala Perwakilan PBB untuk Indonesia El-Mostofa Benlamlih berharap Pengelolaan terumbu karang di kawasan Pemuteran Buleleng Bali dapat menjadi contoh pengelolaan terumbu karang berbasis masyarakat bagi negara-negara di dunia. El-Mostofa Benlamlih mengungkapkan pengelolaan terumbu karang berbasis masyarakat yang dilakukan Yayasan Karang Lestari dan masyarakat Pemuteran Buleleng Bali merupakan bagian dari upaya pembangunan pariwisata dan kelautan yang berkelanjutan.

“melindungi lingkungan melindungi budaya dan melindungi laut disini, jadi itulah yang ingin dicari wisatawan, mereka ingin melihat bagaimana keserasian masyarakat disini dengan lingkungan alam sekitarnya, jadi apabila bisa menunjukkan itu kepada mereka, mereka akan tertarik dan akan mendukung pariwisata yang berkelanjuta,” papar El-Mostofa Benlamlih. Benlamlih berharap pengelolaan terumbu karang berbasis masyarakat di Pemuteran Buleleng dapat dilakukan secara berkesinambungan.

 

Selama ini pendanaan bagi operasional pengelolaan terumbu karang di Desa pemuteran berasal dari sumbangan dari beberapa hotel di kawasan Pemuteran dan hasil dari adopsi karang yang dilakukan oleh wisatawan yang berkunjung ke Pemuteran. 

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami