search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Resesi Seks Makin Menjadi-jadi di Jepang, Sekolah Tutup
Minggu, 2 Juli 2023, 11:13 WITA Follow
image

beritabali.com/cnbcindonesia.com/Resesi Seks Makin Menjadi-jadi di Jepang, Sekolah Tutup

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Fenomena resesi seks di Jepang semakin terlihat jelas. Bahkan, kondisi ini telah membuat beberapa sekolah di Negeri Sakura tutup lantaran tidak ada murid baru.

Dalam pemberitaan Reuters beberapa bulan lalu, dua siswa bernama Eita Sato dan Aoi Hoshi menjadi satu-satunya dan lulusan terakhir di SMP Yumoto, di Desa Ten-ei, Prefektur Fukushima, utara Jepang. SMP itu sendiri akan ditutup secara permanen, setelah 76 tahun berdiri.

"Kami mendengar desas-desus tentang penutupan sekolah di tahun kedua kami, tetapi saya tidak membayangkan itu akan benar-benar terjadi. Saya terkejut," kata Eita, dikutip Minggu (2/7/2023).

Fenomena tutupnya sekolah terjadi akibat angka kelahiran di Jepang anjlok lebih cepat dari yang diperkirakan. Jumlah ini meningkat terutama di daerah pedesaan seperti Ten-ei, area ski pegunungan dan mata air panas di prefektur Fukushima yang telah merasakan depopulasi.

Sementara itu, Perdana Menteri Fumio Kishida telah menjanjikan langkah-langkah untuk meningkatkan angka kelahiran. Termasuk menggandakan anggaran untuk kebijakan terkait anak.

Ia juga mengatakan menjaga lingkungan pendidikan sangat penting. Tapi sedikit yang telah membantu sejauh ini.

Di sisi lain, elahiran anjlok di bawah 800.000 pada tahun 2022, rekor terendah baru. Perkiraan pemerintah menyebut depopulasi juga delapan tahun lebih awal dari yang diharapkan.

Fenomena ini memberikan pukulan telak bagi sekolah umum yang lebih kecil. Padahal ini seringkali menjadi jantung kota dan desa pedesaan.

Menurut data pemerintah, sekitar 450 sekolah tutup setiap tahun. Antara tahun 2002 dan 2020, hampir 9.000 sekolah menutup pintu mereka selamanya, sehingga sulit bagi daerah terpencil untuk memikat penduduk baru yang berusia lebih muda.

Ten-ei, sebuah desa berpenduduk kurang dari 5.000, memiliki hanya sekitar 10% di bawah usia 18 tahun. Pada puncaknya tahun 1950, desa ini memiliki lebih dari 10.000 penduduk berkat dukungan pertanian dan manufaktur.

Tetapi ketidaknyamanan dan keterpencilan daerah yang semakin meningkat mendorong penduduk untuk pergi dari wilayah tersebut.

Depopulasi bertambah cepat setelah bencana 11 Maret 2011 di pembangkit nuklir Fukushima Dai-ichi yang berjarak kurang dari 100 km (62 mil), di mana Ten-ei menderita beberapa kontaminasi radioaktif yang telah dibersihkan.

Sementara sekolah Yumoto, sebuah bangunan dua lantai yang terletak di pusat distrik, memiliki sekitar 50 lulusan per tahun selama masa kejayaannya di tahun 1960-an. Foto-foto setiap kelulusan tergantung di dekat pintu masuk, dari hitam putih menjadi berwarna.

Namun jumlah siswa yang terlihat dan tiba-tiba menurun dari sekitar tahun 2000, dan bahkan tidak ada foto kelulusan dari tahun lalu. Otoritas Ten-ei sendiri akan membahas penggunaan kembali gedung sekolah seperti menjadi kebun anggur atau museum seni.(sumber: cnbcindonesia.com)
 

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami