search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Konsep Filosofi Tidak Pas, Obyek Wisata GWK Perlu Dievaluasi
Jumat, 12 Juni 2015, 22:35 WITA Follow
image

bbn/ggl/ilustrasi

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Konflik yang membelit antara PT Alam Sutera Realty (ASR) selaku pengelola obyek wisata Garuda Wisnu Kencana (GWK) dengan ratusan pemilik toko yang tergabung dalam Perhimpunan Pemilik Toko Plaza Amata (PTPA)  Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Jimbaran, Badung hingga kini terus bergulir.
 
Gejolak berkepanjangan terkait ditutupnya akses jalannya secara sepihak oleh pengelola GWK yang baru terhadap 200 pemilik Toko Plaza Amata GWK mengundang perhatian dan keprihatinan banyak pihak. Salah satu tokoh Bali yang juga politisi Demokrat Bali, I Made Mudarta melihat dari sisi konsep filosofi GWK yang tidak tepat sehingga permasalahan tersebut berlarut-larut.
 
"Kalau kita lihat patung GWK yang didirikan sejak tahun 1983 yang dibangun di Bali Selatan dari sisi konsep filosofinya GWK yang terus bermasalah dan prosesnya berlarut-larut, akibat konsep filosofi GWK yang tidak pas," ujar Mudarta saat dihubungi, Jumat 12 Juni 2015.
 
Pengusaha muda yang menggemari spiritual itu mengungkapkan jika masyarakat Bali percaya adanya para Dewa penjaga Pulau Bali yang mengenal konsep Dewata Nawa Sanga yaitu 9 Dewa penjaga Pulau Bali.
 
"Kepercayaan masyarakat di Bali selatan itu penjaganya harusnya Dewa Brahma, kalau di barat daya itu Rudhra, di Barat Mahadewa, dan timur Iswara," ungkapnya.
 
Mudarta berharap pihak-pihak terkait mengevaluasi dan dicari solusi agar obyek wisata ternama di Bali selatan itu bermanfaat bagi masyarakat Bali. Menurutnya, konsep filosofi GWK yang kurang tepat sehingga memberikan vibrasi yang tidak begitu maksimum sesuai konsep Bali.
 
"Tentu dari alam tidak kelihatan itu akan memberikan vibrasi yang tidak begitu maksimum sesuai konsep Bali. Sebagian besar masyarakat Bali yang percaya filosofi 9 Dewa penjaga Bali sehingga konsep filosofi GWK yang tidak tepat," tegasnya. Mudarta bahkan memberi solusi ektrem dengan mengubah patung raksasa GWK dengan patung Dewa Brahma atau patung Dewi Saraswati.
"Sebaiknya patung GWK brandnya dirubah jadi patung Dewi Saraswati atau patung Dewa Brahma dengan kendaraannya Angsa sesuai konsep filosofi Dewata Nawa Sanga yang diyakini sebagian masyarakat Hindu di Bali," pungkasnya.

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami