search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Bahaya Gangguan Ginjal Misterius, Orang Tua Harus Waspada
Jumat, 14 Oktober 2022, 04:48 WITA Follow
image

bbn/Halodoc.com/Bahaya Gangguan Ginjal Misterius, Orang Tua Harus Waspada

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Tidak buang air kecil alias pipis jadi salah satu gejala utama dari gangguan ginjal akut misterius pada anak-anak. Penyakit yang belum diketahui sebabnya itu telah mengenai 131 anak di Indonesia sejak awal 2022, data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) per 10 Oktober.

Dokter anak Lucia Nauli Simbolon, Sp.A., menjelaskan bahwa tidak buang air kecil memang berbahaya untuk kesehatan ginjal anak.

"Itu bahaya banget. Saya selalu bilang kecukupan cairan pada anak-anak itu makanya harus dihitung, harus ditakar anak butuh cairan berapa karena ginjal itu penting banget untuk membuang racun di urine," jelasnya dihubungi Suara.com, Rabu (12/10/2022).

Tidak buang air kecil alias pipis jadi salah satu gejala utama dari gangguan ginjal akut misterius pada anak-anak. Ia menambahkan, ginjal termasuk organ yang tidak bisa memperbaiki dirinya sendiri. Sehingga, apabila sudah rusak berisiko menjadi permanen.

"Berbeda contohnya kayak liver yang kalau rusak dia masih bisa ada sel baru, kalau ginjal enggak," imbuhnya.

Untuk itu, ia berpesan agar orang tua perlu memperhatikan asupan cairan anak jangan sampai dehidrasi. Selain itu, frekuensi buang air kecil anak juga perlu dipastika.

"Ada pipis atau enggak dalam waktu misalnya 6 jam itu ada pipis atau enggak, atau 8 jam minumnya gimana. Bibirnya kering atau enggak," tuturnya.

Sebelumnya, Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI dr. Eka Laksmi Hidayati, SpA(K)., juga menjelaskan bahwa penyebab gangguan ginjal akut misterius itu belum diketahui penyebabnya.

Lapiran yang diterima PB IDAI Pusat bahwa ratusan anak yang alami sakit tersebut seluruhnya dibawa ke rumah sakit dalam keadaan tidak bisa buang air kecil.

Penyebab tidak buang air kecil itu ternyata juga bukan disebabkan adanya sumbatan pada saluran kencing. Melainkan memang ginjalnya tidak memproduksi air kencing sama sekali, sehingga tidak ada yang dikeluarkan.

"Kami sudah memasang kateter pada anak, tapi tetap kering. Dan kami juga melihat di USG tidak ada produksi urine, tidak ada sumbatan yang mungkin bisa menghambat pengeluaran urine. Jadi itu adalah hal yang berbeda," kata dokter Eka dalam konferensi pers virtual beberapa waktu lalu.

Apabila ada sumbatan karena kelainan bentuk, kelainan bawaan, atau pun tumor di luar ginjal yang kemudian menghambat aliran urine, dengan pemeriksaan USG seharusnya kondisi tersebut bisa ditemukan.

Lantaran akar masalah dari penyakit tersebut belum diketahui, dokter Eka berpesan kepada orang tua agar jangan mengabaikan bila volume buang air kecil anak tiba-tiba berkurang drastis. Sebelum itu, apabila anak alami gejala batuk pilek, panas, diare, hingga muntah harus selalu dipantau produksi urine anaknya. Bila ada penurunan, maka harus segera dibawa ke rumah sakit.

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami