Rusia Ultimatum AS Cs Tahan Diri Demi Cegah 'Perang Nuklir'
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Rusia mewanti-wanti Amerika Serikat dan sekutu, termasuk Ukraina, menahan diri soal potensi perang senjata nuklir.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyerukan negara Barat agar benar-benar menahan diri mengenai prediksi dan pembahasan "isu yang sangat sensitif" ini.
"Untuk meminimalisir risiko nuklir, penting dalam praktiknya untuk tetap berkomitmen pada dalil tidak dapat diterimanya perang nuklir, yang disepakati negara-negara yang meneken lima pernyataan bersama soal nuklir pada 3 Januari 2022 lalu," kata Lavrov kepada kantor berita Rusia, TASS, pada Selasa (27/12).
"Sesuai dengan logika yang ditetapkan dalam dokumen, setiap konfrontasi militer antara kekuatan nuklir harus dicegah, karena penuh dengan malapetaka," paparnya lagi.
Lavrov menuturkan Rusia mendukung pembentukan arsitektur keamanan internasional yang diperbarui dan lebih stabil berdasarkan kepastian dan stabilitas strategis global, serta mengamati prinsip-prinsip kesetaraan. Hal itu diutarakan Lavrov setelah Ukraina diduga mengirim sejumlah drone mendekati pangkalan militer Rusia di Saratov yang berjarak ratusan kilometer dari perbatasan.
Kementerian Pertahanan Rusia memaparkan drone itu terbang di dekat pangkalan udara Engels, rumah bagi sebagian jet pengebom strategis jarak jauh yang dipakai Moskow untuk menyerang Ukraina selama invasi berlangsung. Meski begitu, Lavrov tidak menanggapi soal insiden itu.
Dalam kesempatan itu, ia juga mengangkat isu soal peluang negosiasi antara Rusia dan setiap pihak yang berkaitan dengan perang di Ukraina, termasuk AS. Lavrov mengatakan gagasan penting dari Washington mengenai kontak diplomatik penuh antara Rusia dan AS belum bisa diterima.
"Sekarang sulit untuk mengatakan sesuatu tentang pelaksanaan komunikasi bilateral penuh melalui kementerian luar negeri," katanya.
"Tidak ada ide signifikan dari Amerika tentang masalah ini. Kami di berbagai tingkatan, termasuk yang tertinggi, telah berulang kali menekankan bahwa kami tidak menghindar dari dialog yang konstruktif," ujarnya lagi.
Pernyataan Lavrov itu muncul setelah Presiden Vladimir Putin untuk pertama kalinya memaparkan Rusia siap berdialog mengakhiri perang di Ukraina. Ia malah menyalahkan Ukraina dan Barat yang menutup diri untuk bernegosiasi dengan Rusia.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net