Cina Cap AS Bandit dan Maling Minyak Suriah
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Cina melabeli Amerika Serikat maling karena dianggap mencuri minyak Suriah usai muncul laporan yang menyebutkan puluhan tank Washington mengangkut minyak dan dikirim ke pangkalan AS di Irak. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Wang Wenbin, mengatakan militer Washington bertahun-tahun mengokupasi dan menjarah sumber daya alam Suriah.
Tindakan itu, menurut Wang, menempatkan Suriah diambang bencana kemanusiaan.
"Kami terkejut dengan keterusterangan dan kekejaman penjarahan AS atas Suriah, seperti perampokan yang memperparah krisis dan bencana kemanusiaan di Suriah," kata Wang pada Selasa (17/1), seperti dikutip Russia Today.
Ia kemudian mengutip statistik pemerintah Damaskus yang melaporkan paruh pertama 2022, lebih dari 80 persen minyak harian Suriah diselundupkan pasukan AS. Komentar Wang muncul sebagai tanggapan atas laporan media yang menyebut pasukan AS membawa minyak dari Suriah ke Irak.
"Entah AS memberi atau mengambil [minyak], itu menjerumuskan negara lain dalam gejolak dan bencana. Dan, AS mendapat keuntungan," ungkap Wang lagi.
Wang lalu berkata, "Ini adalah apa yang disebut rules-based order."
Rules based order merujuk terhadap sikap dunia yang mendukung tindakan AS. Menyoal minyak yang diduga dicuri AS, pada 14 Januari, media pemerintah Suriah, Syrian Arab News Agency (SANA), melaporkan Konvoi 53 tank berisi minyak curian dari Suriah.
Minyak tersebut dilaporkan dibawa dari Provinsi Hasakah ke pangkalan AS di Irak. Media itu juga menyebutkan sebanyak 60 truk tambahan menyelundup untuk mencuri minyak dan gandum kemudian dikirim ke Irak pada Januari ini.
"Hak hidup warga Suriah sedang diinjak-injak dengan kejam oleh AS," kata Wang lagi.
Keterlibatan AS di Suriah dipicu konflik yang terjadi di negara Timur Tengah itu.
Pada 2011, Suriah tengah bergejolak dan memicu perang saudara. Warga menuntut Presiden Bashar al-Assad mengundurkan diri. Konflik ini lalu meluas dan memicu keterlibatan pihak internasional.
AS kemudian mengirim pasukan ke Suriah pada 2014. Di tahun-tahun selanjutnya, Washington menambah pasukan ke negara itu untuk melawan kelompok teroris iSIS.
Kemudian pada 2019, eks Presiden AS, Donald Trump, mengatakan sejumlah pasukan Washington akan tetap berada di Suriah demi kepentingan minyak. Beberapa pihak menilai langkah itu sebagai cara AS menjaga sumber daya energi Suriah.
Satu tahun kemudian, Washington dan pihak berwenang Kurdi yang mengendalikan timur laut Suriah sepakat mengembangkan dan mengekspor minyak mentah di kawasan itu. Namun, kesepakatan tersebut dianggap ilegal oleh pemerintah Suriah.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net