search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pasutri di Buleleng Huni Gubuk Bambu, Istri Sakit-sakitan, Makan Tanpa Lauk
Rabu, 4 Oktober 2023, 20:21 WITA Follow
image

beritabali/ist/Pasutri di Buleleng Huni Gubuk Bambu, Istri Sakit-sakitan, Makan Tanpa Lauk.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BULELENG.

Pasangan suami istri, I Wayan Wage (78) dan istri Ni Wayan Sinah hidup di bawah garis kemiskinan. Selama belasan tahun mereka menghuni gubuk bambu di atas tanah pribadi miliknya di Banjar Dangin Margi, Desa Tunjung, Kecamatan Kubutambahan Buleleng.

Untuk bertahan hidup Wage berusaha memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dari hasil kerajinan tangan seperti membuat anyaman tamas, guungan (sangkar ayam) yang hasilnya tidak menentu. Demikian juga, saat ditemui, Wage terlihat sedang merawat istrinya dalam kondisi sakit.

"Kami jarang berobat ke Puskesmas, cukup pakai obat dari balian (dukun) saja. Hampir dua minggu istri sakit, berdarah dari luar batang hidungnya," ucap Wage sambil mempersilakan duduk, Rabu, 4 Oktober 2023.

Wage menceritakan, gubuk itu sudah dihuni belasan tahun lamanya. Selama ini belum menerima bantuan dari Pemerintah Daerah program bedah rumah.  

“Kalau difoto-foto (rumah) sama Pak Kadus sudah. Namun, sampai dengan saat ini belum ada bantuan perbaikan. Ya, kami pasrah saja," katanya.

Imbuh Wage, bertahan hidup dari menganyam tamas serta bantuan pemerintah yang diterima 3 bulan sekali.

"Tiap 3 bulan kami menerima Rp600 ribu, dan uang itulah dipakai beli beras untuk makan setiap hari. Ya, makan seadanya. Uyah lengis (garam dan minyak kelapa). Kadang sayur jepang, toge. Kalau pakai lauk ikan atau daging jarang. Uangnya darimana? Pakai lauk tempe dan tahu sudah syukur. Bagi kami terpenting punya beras," ujarnya.

Sejatinya mereka memiliki anak laki laki, namun kondisi ekonominya tak jauh beda. Meski dibelenggu kemiskinan, Wage tetap tabah menjalani hidup.

"Kondisi ekonomi anak laki laki kami tak jauh beda. Anak pontang panting serabutan menghidupi keluarga," terangnya.

Sementara itu, Perbekel Desa Tunjung I Made Sadia ketika dikonfirmasi melalui telepon seluler mengaku, belum mengetahui secara pasti terkait kondisi warga I Wayan Wage.  

"Besok ya, saya koordinasi dulu dengan Kadusnya," singkatnya.

Editor: Robby

Reporter: bbn/bul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami