search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
China Berpotensi Luncurkan Serangan Kilat ke Taiwan
Senin, 8 Agustus 2022, 08:08 WITA Follow
image

beritabali.com/cnbcindonesia.com/China Berpotensi Luncurkan Serangan Kilat ke Taiwan

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

China dilaporkan dapat mengambil alih Taiwan dalam serangan kilat selamat 48 jam sebelum para sekutu negara tersebut dapat memberikan respons. Sumber-sumber diplomatik mengatakan kepada Telegraph bahwa Beijing dapat meluncurkan serangan secepat kilat terhadap pulau itu. 

China diyakini telah belajar dari "operasi militer khusus" Rusia di Ukraina bahwa Barat membutuhkan waktu sedikitnya dua hari untuk merespons.

Kepala Eksekutif Hong Kong Watch dan Co-Founder Benedict Rogers bersikeras bahwa Barat harus mengambil tindakan untuk mencegah China mengambil tindakan ini.

"Kita tidak boleh membiarkan ini terjadi. Kita harus siap. Kita harus membela Taiwan," tuturnya dalam sebuah unggahan di Twitter, mengutip Telegraph, Senin (8/8/2022).

Namun, para ahli pun ragu apakah bantuan Barat akan total kepada Taiwan. Pasalnya, negara-negara tersebut telah disibukkan oleh konflik di Ukraina yang sudah mengurang dana dan sumber daya yang dapat disediakan secara cepat.

Konsultan bisnis Mike Cosgrove berkomentar bahwa menanggapi dengan memberikan sanksi kepada China akan lebih merugikan Barat daripada merugikan Xi Jinping.

"Jika sanksi barat China seperti yang mereka lakukan dengan Rusia, kita akan melihat kekacauan keuangan dari skala yang lebih besar. China adalah 'binatang buas'. Bayangkan sanksi terhadap sebagian besar produk 'Made in China', yang merupakan mayoritas produk di rumah Anda. Inflasi akan menjadi gila," katanya.

Namun, para diplomat mengatakan kepada Telegraph bahwa segala bentuk invasi tidak mungkin terjadi dalam beberapa bulan mendatang.

Sidharth Kaushal dari lembaga RUSI mencatat bahwa Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) masih berkembang. Dia menambahkan bahwa pasukan akan membutuhkan waktu untuk mempersiapkan tindakan seperti itu mengingat "kemungkinan realistis perang dengan AS" setelah invasi.

"Ini mungkin tidak dapat dicapai sekarang. Ada beberapa risiko substansial bagi China," katanya.

Seperti diketahui, Taiwan memiliki pemerintahan sendiri, meskipun Beijing menganggapnya sebagai provinsi yang memisahkan diri.

Ketegangan atas status internasionalnya pekan lalu dipicu ketika Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi Taipei. Hal ini mendorong serangkaian latihan militer dari Beijing, yang sekarang dikatakan telah selesai.

Menteri Luar Negeri China Wang Yi bersikeras bahwa Pelosi melanggar kedaulatan China dengan kedok demokrasi.(sumber: cnbcindonesia.com)

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami