Israel Murka Iran-Saudi Rujuk: Yang Berkawan dengan Iran Sengsara
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan Arab Saudi bahwa konflik di Timur Tengah, termasuk Perang Yaman, sebagian besar terjadi karena ulah Iran. Hal itu diutarakan Netanyahu yang berang atas normalisasi hubungan antara Iran dan Saudi belakangan ini.
"Mereka yang berteman dengan Iran [sama halnya] bermitra dengan kesengsaraan. Lihatlah Libanon, lihat Yaman, lihat Suriah, lihat Irak," kata Netanyahu dalam wawancara bersama CNBC, seperti dikutip Tehran Times, Minggu (23/4).
Netanyahu kemudian menambahkan, "95 persen masalah di Timur Tengah berasal dari Iran."
Menurut Netanyahu, normalisasi hubungan Iran-Saudi hanya bakal membawa Riyadh ke dalam kesengsaraan. Sebab dia menilai kedua negara itu rujuk lantaran Saudi berusaha mengurangi konflik di Yaman.
Padahal, menurutnya Saudi telah keliru memandang siapa lawan dan kawan yang sebenarnya.
"Saya pikir itu mungkin lebih berkaitan dengan keinginan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan konflik lama di Yaman. Saya pikir Arab Saudi, kepemimpinan di sana, tidak memiliki ilusi tentang siapa musuh mereka, dan siapa teman mereka," kata Netanyahu.
Hubungan antara Saudi dan Iran memang mulai dingin setelah China membantu memediasi kedua negara pada Maret lalu. Dua negara yang semula berkonflik itu akhirnya sepakat untuk rujuk kembali.
Sejumlah analis dan politisi pun percaya langkah itu merupakan pukulan keras bagi ambisi Netanyahu mengisolasi Iran di wilayah tersebut. Normalisasi kedua negara itu juga menghambat upaya Israel berdamai dengan Saudi.
Netanyahu sendiri selama ini menilai normalisasi hubungan dengan Saudi bakal menjadi "terobosan besar" untuk mengakhiri konflik Arab-Israel, termasuk soal Palestina.
Pada pekan lalu, Netanyahu bahkan sampai kode keras ke Amerika Serikat mengenai keinginannya menormalisasi hubungan dengan Riyadh.
"Kami menginginkan normalisasi dan perdamaian dengan Arab Saudi. Kami memandang itu mungkin sebagai lompatan besar untuk mengakhiri konflik Arab-Israel," kata Netanyahu saat bertemu Senator Republik AS Lindsey Graham di Yerusalem pada Senin (17/4).
"Perjanjian (normalisasi) ini dapat memiliki konsekuensi yang monumental, konsekuensi bersejarah baik bagi Israel, Arab Saudi, kawasan, dan dunia," ucap Netanyahu lagi.
Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen juga baru-baru ini membeberkan rencana kunjungannya ke Saudi dalam waktu dekat.
Dia mengisyaratkan ambisinya untuk berhasil mengambil hati setidaknya satu lagi negara Arab yang bakal menormalisasi hubungan dengan Israel, setelah Uni Emirat Arab dan Bahrain pada 2020 lalu.
"Ini (kunjungan ke Arab Saudi) sudah direncanakan, belum ada tanggalnya," kata Cohen kepada Radio Angkatan Darat Israel saat kunjungan kenegaraan ke Azerbaijan pada Rabu (19/4).
Israel belakangan memang sedang gencar-gencarnya mendekati negara Arab dan mayoritas Muslim lainnya di luar Timur Tengah untuk menjalin relasi normal.
Sejak 2020, Tel Aviv telah berhasil membuka hubungan diplomatik dengan beberapa negara Arab seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, hingga Sudan serta Maroko. Israel juga berhasil menormalisasi hubungan dengan Turki pada 2022.
Banyak laporan mengindikasikan Saudi dan Israel tengah menjajaki normalisasi hubungan. Namun, Riyadh masih menahan diri dan enggan mengakui Israel karena konflik dengan Palestina.
Dikutip Reuters, Saudi sempat mengisyaratkan langkah menuju normalisasi dengan Israel harus dikaitkan dengan penyelesaian kemerdekaan Palestina sebagai sebuah negara berdaulat.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net