search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
KemenPPPA: 17 Anak Tewas Dalam Tragedi Kanjuruhan
Minggu, 2 Oktober 2022, 16:29 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/KemenPPPA: 17 Anak Tewas Dalam Tragedi Kanjuruhan

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Banyak korban berjatuhan dalam Tragedi Kanjuruhan yang terjadi usai laga Arema versus Persebaya dalam laga kompetisi Liga 1, Sabtu (1/10/2022), tak terkecuali anak-anak. Sampai berita ini ditayangkan, dilaporkan sebanyak 130 orang tewas dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan tersebut. 

Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPA), sejauh ini ada 17 anak yang meninggal dalam insiden mengenaskan tersebut. KemenPPPA berupaya menjangkau anak-anak yang menjadi korban tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, usai kekalahan Arema 2-3 dari Persebaya tersebut.

"Iya, ini bersama Dinas PPPA Provinsi dan Kota Malang sedang melacak data anak-anak yang menjadi korban," kata Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Nahar.

Menurut dia, hingga saat ini sedikitnya ada 17 anak yang meninggal dan tujuh anak mengalami luka-luka akibat kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan.

"Data yang masuk, 17 anak meninggal dan tujuh dirawat, tapi kemungkinan bisa bertambah," imbuhnya.

Menurut KemenPPPA, anak-anak yang menjadi korban dalam tragedi ini kebanyakan berusia antara 12 tahun hingga 17 tahun.

Pihak KemenPPPA juga masih terus memastikan jumlah anak yang meninggal serta korban luka-luka yang memerlukan perawatan fisik dan psikis lanjutan usai Tragedi Kanjuruhan.

Sebelumnya, kerusuhan di Stadion Kanjuruhan terjadi usai suporter Arema memasuki lapangan karena timnya kalah 2-3 dari Persebaya, Sabtu (1/10/2022. Insiden itu direspons polisi dengan menghadang dan menembakkan gas air mata.

Gas air mata itu ditembakkan tidak hanya kepada suporter yang memasuki lapangan, tetapi juga ke arah tribun penonton yang kemudian memicu kepanikan suporter. Akibatnya, massa penonton berlarian dan berdesakan menuju pintu keluar, hingga sesak napas, penumpukan massa, dan terinjak-injak.

Akibat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, sebanyak 130 orang tewas dan 180 orang lainnya mengalami luka-luka. Ini juga rekor kematian tertinggi dalam sejarah sepak bola Indonesia. Bahkan, jumlah korban tewas telah menembus urutan kedua daftar laga sepak bola paling mematikan di dunia.(sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami