search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Ramalan Rusia di 2023: Jerman-Prancis Perang, Elon Musk Presiden
Kamis, 29 Desember 2022, 17:36 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Ramalan Rusia di 2023: Jerman-Prancis Perang, Elon Musk Presiden

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Eks Presiden Rusia sekaligus sekutu dekat Vladimir Putin, Dmitry Medvedev, meramal perang bakal pecah di Eropa dan Amerika Serikat pada 2023 mendatang. Medvedev, yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, membeberkan ramalan itu dalam suatu unggahan di Twitter, Selasa (27/12). 

Menurut dia, perang baru bakal terjadi antara Jerman dengan Prancis pada 2023. Ia juga menyinggung soal pembagian kawasan di Eropa.

"Perang akan pecah antara Prancis dan Reich Keempat [penerus Nazi Jerman]. Eropa akan dibagi, pembagian Polandia akan diulang dalam prosesnya," kata Medvedev.

Ia juga menyebut perang saudara akan meletus di Amerika Serikat yakni California dan Texas. Ini bisa menyebabkan orang paling tajir di dunia sekaligus bos Tesla dan SpaceX, Elon Musk, bisa menjadi presiden Negeri Paman Sam.

"Elon Musk akan memenangkan pemilihan presiden di sejumlah negara bagian, setelah berakhirnya Perang Sipil baru, akan diberikan kepada Partai Republik," lanjut Medvedev lagi.

Selain itu, Medvedev meramal Inggris akan kembali bergabung dengan Uni Eropa. Di mata dia, organisasi ini tak lagi bertahan lama usai London masuk.

Irlandia Utara, lanjutnya, juga akan berpisah dari Inggris dan bergabung dengan Republik Irlandia. Tak hanya soal geopolitik, Medvedev meramal harga minyak tahun depan dan kondisi ekonomi dunia.

"Harga minyak akan naik menjadi US$150 [sekitar Rp2,3 juta] per barel, dan harga gas akan mencapai $5.000 [sekitar Rp78 juta] per 1.000 meter kubik.

Merasa namanya disebut, Musk ikut buka suara merespons kicauan Medvedev.

"Epic thread!!" balas dia di Twitter. Miliarder itu juga mengkritik beberapa prediksi Medvedev.

Ia menulis, "Itu pasti prediksi paling absurd yang pernah saya dengar, sekaligus menunjukkan kurangnya kesadaran akan kemajuan kecerdasan buatan dan energi berkelanjutan."

Eks presiden Rusia itu sempat memuji Musk karena mengusulkan Ukraina menyerahkan wilayah ke Rusia dalam kesepakatan damai.

Sejak invasi Rusia di Ukraina, Medvedev membingkai konflik seolah-olah bakal kiamat, dan menyebut Ukraina sebagai kecoak.

Pekan lalu, Medvedev menjadi sorotan saat bertemu Presiden China Xi Jinping di Beijing. Mereka membahas soal kebijakan luar negeri dua negara, kerja sama di bidang ekonomi, hingga soal Ukraina.

Medvedev pernah menjabat sebagai presiden selama masa empat tahun saat Putin menjadi perdana menteri. Ia juga akan menjabat sebagai wakil Putin di sebuah badan yang mengawasi industri militer.

Pengamat menilai citra Medvedev di depan publik tak serta merta muncul begitu saja. Ia mendapat dukungan dari bosnya, dalam hal ini adalah Putin.

"Postingan Telegram Medvedev telah menemukan setidaknya satu pembaca, dan memang seorang pengagum: Putin," pengamat politik dari University College London, Vladimir Pastukhov.(sumber: cnnindonesia.com)
 

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami