search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Rusia Sesumbar AS Bakal Kalah di Ukraina, Ungkit Perang Vietnam
Senin, 22 April 2024, 10:46 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Rusia Sesumbar AS Bakal Kalah di Ukraina, Ungkit Perang Vietnam

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Rusia sesumbar Amerika Serikat (AS) bakal menghadapi kekalahan memalukan seperti pada perang Vietnam dan Afghanistan setelah terlibat lebih jauh dalam perang di Ukraina.

Pernyataan tersebut keluar setelah DPR AS mengesahkan rancangan undang-undang (RUU) mencakup bantuan untuk Ukraina senilai US$60 miliar atau Rp973 triliun pada Sabtu (20/4).

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan AS ingin Ukraina "bertempur sampai titik darah penghabisan" termasuk dengan serangan-serangan terhadap wilayah kedaulatan Rusia dan warga sipil.

"Keterlibatan Washington yang semakin dalam pada perang hibrida melawan Rusia akan berubah menjadi kegagalan besar dan memalukan bagi Amerika Serikat seperti halnya [perang] Vietnam dan Afganistan," ujar Zakharova, mengutip Reuters, Minggu (21/4).

Rusia akan memberikan "respon tanpa syarat dan tegas" terhadap langkah AS untuk terlibat lebih jauh dalam perang Ukraina.

Sebelumnya, pada pekan lalu Direktur Badan Intelijen Pusat AS William Burns memperingatkan bahwa tanpa dukungan militer AS, Ukraina bisa kalah di medan perang. Namun dengan dukungan, pasukan Kyiv dapat mempertahankan diri tahun ini.

Amerika Serikat telah berulang kali mengesampingkan pengiriman pasukannya sendiri atau pasukan anggota NATO lainnya ke Ukraina.

AS kehilangan lebih dari 58.000 personel militer dalam Perang Vietnam selama periode 1955-75. Perang tersebut berakhir dengan kemenangan Komunis Vietnam Utara dan pengambilalihan Vietnam Selatan, sementara ratusan ribu warga sipil terbunuh.

Sementara itu, pada perang 2001-2021 di Afghanistan, AS melaporkan 2.459 orang tewas dan lebih dari 20.000 orang terluka dalam konflik yang berakhir dengan penarikan pasukan koalisi pimpinan AS dan kembalinya kekuasaan gerakan Taliban Islam.

Setelah dua tahun perang, Rusia kini menguasai sekitar 18 persen wilayah Ukraina dan secara bertahap telah memperoleh kekuatan sejak kegagalan serangan balasan Kyiv pada 2023.

Selama berbulan-bulan Ukraina memohon agar AS memberikan lebih banyak uang dan senjata untuk membantunya bertempur. Meski begitu, para pejabat Rusia menegaskan bantuan AS tidak akan mengubah arah perang.

Zakharova mengatakan bahwa rakyat Ukraina "secara paksa didorong untuk dibantai sebagai "umpan meriam" tetapi AS sekarang tidak lagi bertaruh pada kemenangan Ukraina melawan Rusia.

Washington, katanya, berharap Ukraina dapat bertahan hingga pemilihan presiden AS pada bulan November.

Paket legislatif AS mencakup langkah-langkah yang memungkinkan AS untuk menyita aset-aset Rusia senilai milyaran dolar yang dibekukan oleh sanksi-sanksi yang dijatuhkan pada Moskow. Hal itu, kata Zakharova, hanyalah "pencurian", dan menambahkan bahwa penerima manfaat sebenarnya dari keseluruhan paket itu adalah perusahaan-perusahaan pertahanan AS.

Para pemimpin Barat dan Ukraina telah menggambarkan perang di Ukraina sebagai perampasan tanah ala kekaisaran yang menunjukkan bahwa Rusia pasca-Soviet adalah salah satu dari dua ancaman negara-bangsa terbesar bagi stabilitas global, di samping Tiongkok.

Putin menggambarkan perang ini sebagai bagian dari perjuangan yang lebih luas dengan AS, yang menurutnya mengabaikan kepentingan Moskow setelah bubarnya Uni Soviet pada 1991 dan kemudian merencanakan untuk memecah belah Rusia dan merebut sumber daya alamnya.

Barat menyangkal bahwa mereka ingin menghancurkan Rusia, yang pada gilirannya menyangkal bahwa mereka berniat untuk menyerang negara anggota NATO mana pun. (sumber: cnnindonesia.com)


 

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami