search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Simpang Siur Hamas Sandera Anak Israel, Dilepas Tapi Tanpa Orang Tua
Rabu, 29 November 2023, 10:01 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Simpang Siur Hamas Sandera Anak Israel, Dilepas Tapi Tanpa Orang Tua

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Baru-baru ini, kelompok perlawanan di Palestina Hamas menjadi sorotan usai membebaskan anak ke Israel tanpa orang tua.

Remaja berusia 13 tahun bernama Hila Rotem Shoshani bebas dari Gaza tanpa sang ibu, Raaya Rotem, pada akhir pekan lalu.

"Hila kembali tanpa ibunya dan itu jelas mencederai kesepakatan. Kami menuntut Hamas dan mediator agar Raaya [Ibu Hila] segara dipulangkan sesuai kesepakatan," kata paman dari Shoshani, Yair Rotem, dikutip dari Times of Israel.

Yair juga bercerita Hila sempat menunjukkan rambutnya yang lebih pendek karena dipotong ibunya saat menjadi sandera.

"Jadi, mereka bersama," ujar Hila, dikutip CNN.

Menanggapi pembebasan anak tanpa orang tua ini, militer Israel buka suara.

Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Jonathan Conricus menuduh pemisahan ini mencederai perjanjian gencatan senjata.

Hamas sementara itu menyatakan tak mengetahui di mana ibu Hila, menurut keterangan Yair.

Pembebasan ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang dimulai 24 November.

Pembebasan anak tanpa orang tua yang disandera disebut menyalahi kesepakatan gencatan senjata karena seharusnya anak dan orang tua dibebaskan bersama.

Di kesempatan terpisah, sumber diplomatik mengatakan 40 sandera tak berada di tangan Hamas.

Lalu bagaimana fakta sebenarnya soal sandera di Gaza ini?

Sumber tersebut menyebutkan untuk saat ini lebih dari 40 sandera yang dibawa dari Israel ke Gaza pada 7 Oktober tak ditahan Hamas.

CNN sebelumnya melaporkan sekitar 40 hingga 50 sandera disandera oleh Jihad Islam Palestina atau kelompok atau individu lain.

Penahanan itu terjadi sebelum penyerahan sandera dimulai dan gencatan senjata diterapkan yakni pada 24 November.

Di hari itu, Hamas dan Israel resmi memberlakukan gencatan senjata empat hari mulai pukul 07.00 atau 12.00 WIB.

Di gencatan senjata kali itu, Hamas membebaskan 50 warga Israel termasuk mereka yang berkewarganegaraan ganda, 17 warga negara Thailand, dan satu warga Filipina.

Israel sementara itu, membebaskan 150 tahanan Palestina yang dipenjara di negara itu.

Pada Selasa (28/11), kedua pihak sepakat memperpanjang gencatan senjata dua hari.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al Ansari mengatakan kesepakatan awal soal perpanjangan jeda kemanusiaan ini adalah satu hari untuk tambahan 10 warga Israel yang dibebaskan.

Namun, dia mendapat tawaran baru dari Hamas.

"Kami mendapat konfirmasi dari Hamas bahwa 20 sandera tambahan akan dibebaskan dalam dua hari," ujar Al Ansari, dikutip Middle East Eye.

Dia kemudian berujar, "Di sisi Palestina, itu berarti 60 warga Palestina akan dibebaskan dari penjara-penjara Israel."

Gencatan senjata ini berlangsung usai nyaris dua bulan Israel melancarkan agresi ke Palestina.

Selama operasi, mereka menyerang warga dan objek sipil seperti sekolah dan rumah sakit. Imbas gempuran Israel, lebih dari 14.800 orang di Palestina meninggal.(sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami