search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Profil Bupati Jembrana I Nengah Tamba, Anak Desa yang Sukses Jadi Pengusaha
Jumat, 26 Februari 2021, 15:05 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, JEMBRANA.

Bupati Jembrana Terpilih I Nengah Tamba dan Wakil Bupati I Gede Ngurah Patriana Krisna, resmi dilantik sebagai bupati Jembrana dan wakil bupati Jembrana periode 2021 -2024, Rabu (17/2).  

Nama I Nengah Tamba, jika dilihat dari karir politiknya tentu bukan orang yang baru. Meski demikian, banyak yang tidak tahu sosok Tamba yang berasal dari desa dan ditinggal orang tua sejak kecil termotivasi untuk bekerja keras meraih impiannya menjadi sukses. Jadi proses kesuksesannya saat ini adalah buah dari semangat kerja kerasnya untuk mengubah nasib agar menjadi lebih baik.

Lantas, bagaimana kisah pengalaman pahit dan manisnya hidup dari yang sebelumnya duduk sebagai anggota DPRD Bali selama dua periode ini, berikut profil Bupati Jembrana I Nengah Tamba

Tamba Kecil

Sebelum menjadi sosok yang dikenal saat ini, I Nengah Tamba yang lahir di Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, sudah menjalani pahit, manis dan getirnya hidup. Sebagai anak desa, pria kelahiran 22 Maret 1964 ini sebelum sukses menjadi pengusaha bidang advertising, pernah menjadi penjual es keliling pada warga di kampungnya dan sekolahnya. 

Menjadi penjual es keliling itu dilakoni saat masih sekolah dasar. Nengah Tamba kecil, waktu itu bekerja keras karena sudah ditinggal bapaknya, Ketut Muna, sejak masih umur tiga bulan. Tamba setelah umur setahun tinggal bersama bibinya. 

“Bapak meninggal saat saya masih umur tiga bulan,” kata I Nengah Tamba mengawali cerita kisah hidupnya.

Saat menjadi penjual es, ada satu kenangan yang masih melekat dalam ingatannya. Yakni, menjadi pembeli es yang dijualnya sendiri. Karena waktu itu es yang dijual punya orang lain, bukan dibuat sendiri, agar tidak rugi maka Tamba membeli sendiri es yang dijual agar ada uang setoran pada pemilik es.  

Selain menjadi penjual es keliling, anak dari Ketut Muna dan Nengah Denri ini menjadi pencari batu di sungai dekat rumahnya. Menjadi pencari batu di sungai untuk dijual itu dilakoni sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama di SMP Budisastra Manistutu, salah satu sekolah swasta yang sudah lama tutup.

Nengah Tamba bekerja keras waktu itu hanya agar tidak terlalu membebani bibinya. Sehingga untuk tambahan uang untuk sekolah, sudah bisa mandiri tanpa membebani bibinya yang merawat sejak kecil. Pengalaman menjadi penjual es dan pencari batu semakin memupuk jiwa entrepreneur-nya.

Jiwa berwirausaha semakin tinggi setelah bergaul buruh proyek dari Jakarta yang mengerjakan Jalan Denpasar – Gilimanuk. Saat itu, Tamba sudah remaja, hampir lulus SMP. Para perantau yang tinggal di kos dekat rumahnya sering menceritakan orang-orang sukses di Jakarta. Cerita dari pekerja proyek itu, menjadi motivasi untuk lebih giat lagi bekerja agar kemudian hari menjadi sukses. 

Jiwa Bisnis Membara

Setelah lulus SMP, Tamba nekat merantau ke Buleleng. Meskipun sejak kecil belum pernah pergi jauh dari rumahnya, Tamba memberanikan diri untuk sekolah di SMA Negeri 1 Singaraja. Disana, jiwa bisnisnya semakin membara. Sembari sekolah, Tamba menyewakan kaset film yang disewa di Denpasar. 

Tamba mendapat keuntungan lebih banyak dari menyewakan kaset film itu. Karena dari tempat sewa film di Denpasar dalam waktu dua minggu sewanya seribu, saat di Singaraja kaset filmnya disewakan lagi setiap harinya. Dari bisnis yang mulainya kecil itu, semangatnya terus meningkat.

Karena menjalani usaha sewa kaset itu, Tamba sering ke Denpasar untuk mengembalikan kaset yang sudah lama dan menyewa lagi kaset baru. Nah, di sela menyewa kaset itu, Tamba sering meminjam buku dan membaca di toko kaset. Bacaan yang paling disukai saat itu dan sampai saat ini kho ping hoo, strategi perang Sun Tzu, di bawah bendera revolusi Bung Karno.

Lulus dari SMA, kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Udayana. Sambil kuliah, Tamba bekerja di sejumlah tempat sebagai manajer. Kuliah sambil kerja dilalui sampai lulus. Setelah lulus sempat bekerja beberapa tahun di salah satu perusahaan advertising di Surabaya, Jawa Timur. Dari merantau di Kota Pahlawan itu, Tamba kemudian merintis usaha sendiri di bidang advertising di Denpasar pada tahun 1998. 

Terjun ke Politik

Setelah sukses menjadi pengusaha advertising, Tamba kemudian terjun ke politik. Pada tahun 2004 menjadi calon DPRD Bali dari partai PNBK, namun saat itu gagal. 

Kegagalan tidak membuatnya putus asa. Kemudian masuk menjadi anggota Partai Demokrat pada tahun 2006. Selanjutnya tahun 2009, menjadi calon anggota DPRD Bali dari Partai Demokrat dan terpilih. Kemudian dipercaya menjadi ketua fraksi Partai Demokrat. Kemudian terpilih lagi pada 2014 dan menjadi ketua komisi III DPRD Provinsi Bali.

Pada pileg tahun 2019, Tamba menjadi calon legislatif DPD Bali untuk ketiga kalinya. Sayangnya, keberuntungan belum memihak. “Waktu di DPRD Bali, saya memang banyak membawa bansos untuk masyarakat. Tetapi bansos yang saya bawa bukan alat untuk mencari suara agar terpilih lagi, karena saya yakin itu hak rakyat. Karena tidak pernah saya mengkonversikan hibah menjadi suara itulah saya kalah,” ungkapnya.

Selanjutnya, pada pilkada Jembrana 2020, setelah melalui proses panjang, intrik politik yang menyakitkan, Tamba yang berpasangan dengan I Gede Ngurah Patriana Krisna memenangkan Pilkada. 

“Kemenangan ini merupakan kemenangan rakyat. Berkah dari Tuhan yang harus disyukuri, bukan dibanggakan hingga membuat kita jumawa,” ungkapnya.

Reporter: bbn/tim



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami