Si Patok, Elang Laut Bermata Satu Penghuni TWA Gunung Tunak
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NTB.
Kabupaten Lombok Tengah di provinsi Nusa Tenggara Barat tidak hanya dikenal dengan Sirkuit Mandalika.
Tak jauh dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, ada Taman Wisata Alam /TWA Gunung Tunak, di Desa Mertak, Kecamatan Pujut.
Merupakan salah satu tempat destinasi yang ada di pulau Lombok, tepatnya Lombok tengah bagian selatan. Pantai dan pasir nya yang putih dan suasana yang sangat privat. Perjalanan menuju ke tempat ini, kita akan melewati hutan wisata yang asri dan masih terjaga.
Dengan berkendara sekitar 1,5 jam dari Mataram, disuguhi dengan pemandangan yang indah sepanjang kiri dan kanan jalan, kita sudah dapat menikmati pemandangan Tunak.
Di dalamnya kita dapat menemukan konservasi kupu-kupu yang sayangnya sudah tidak ada kupu-kupunya, tapi di sepanjang jalan akan banyak kupu-kupu beterbangan. Ada juga beberapa ekor rusa.
Masuk lebih dalam lagi adalah pemandangan pantai dan bukit. Susah payah mendaki akan terbayar dengan pemandangan luar biasa.
Menelusuri keindahan dan keunikan kawasan TWA Gunung Tunak, memang tak akan ada habisnya. Siapa sangka, di balik keindahan kawasan ini, ada sejumlah cerita unik yang luput dari perhatian.
Salah satunya adalah cerita si Patok, seekor elang laut di kawasan penangkaran satwa Gunung Tunak.
Patok tampak lahap memakan daging yang diberikan padanya di bibir hutan tempat penangkaran satwa. Tubuhnya tampak gagah dengan paruh yang terlihat kuat. Tatapan Patok tetap tajam, meski satu matanya terluka parah.
Patok adalah satwa langka yang disebut hanya satu-satunya di kawasan TWA Gunung Tunak. Saat mata Patok ditembak pemburu, elang malang ini ditemukan oleh seorang wisatawan asal Italia bernama illaria Gallo, di kawasan Pantai Kuta.
Wisatawan itulah yang merawat dan memberi pertolongan pertama pada Patok.
Dia memberikan obat pada matanya dan kemudian menyerahkan pada petugas Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) di Gunung Tunak.
Patok kesulitan kembali berburu di tengah laut dengan satu mata, karena letak kekuatan elang laut ada pada mata dan cengkraman.
"Awalnya memberi makan sulit karena selalu mematok, karena naluri memburunya mungkin ya, tapi lama-lama dia paham bagaimana cara menerima makanan dengan cara disuap, karena itulah saya beri nama dia Patok, suka mematok saya," kata Anwar, pengasuh yang merawat Patok.
Patok kembali mulai dari nol, dirawat seperti bayi elang, diurus makanan dan kesehatannya secara perlahan dan detail.
Burung Elang Laut berwarna abu kemerah-merahan itu memiliki penglihatan tidak normal seperti burung pada umumnya. Dia jinak bahkan tidak bisa terbang jauh karena mata sebelah kirinya hilang tertembak.
Bukan cacat dari lahir atau bekas berkelahi antar spesies melainkan diduga ditembak pemburu.
Anwar (45 tahun) salah satu petugas Balai Konservasi Taman Wisata Alam Gunung Tunak yang setia merawat Elang Laut.
Anwar dengan tulus menjaga kesehatan si Elang Laut bermata satu itu. Bahkan kata Anwar, Elang Laut itu dimandikan dan diberikan makan seperti anak bayi yang baru lahir di dekat penangkarannya di Taman Wisata Alam Gunung Tunak selama alami luka pada mata kirinya.
Elang Laut dengan nama lain steller atau steller's sea eagle itu kata Anwar mengalami luka pada bagian mata kirinya sehingga tidak mampu berburu secara mandiri di lautan kawasan TWA Gunung Tunak.
Anwar ditemui wartawan akhir pekan lalu, juga mengaku elang dengan nama ilmiah Haliaeetus pelagicus ini merupakan spesies elang laut satu-satunya yang masih mendiami kawasan TWA Gunung Tunak.
"Jadi pada tahun 2020 lalu, elang ini memang pernah ditembak pemburu. Jadi dia tidak bisa terbang. Nah sejak saat itu kami merawatnya," ucap Anwar.
Selama bekerja tahun 2017 lalu, selain merawat Elang Laut yang sempat mendapat tembakan pemburu itu pada tahun 2020 lalu, Anwar juga dengan tulus merawat sebanyak 38 ekor rusa (cervus timorensis) bersama petugas lainnya.
Dia juga mengaku berhasil menjinakkan Elang Laut berwarna kuning kemerahan itu setahun selepas dirawat di penangkaran TWA Gunung Tunak.
"Dulu sempat tidak mau makan karena galak kan. Saya sempat dipatok. Tapi lama-lama dia jinak. Bahkan kalau lagi lapar dia marah kita pasti kena patok," kata Anwar.
Burung dengan berat 3 kilogram itu sekarang hanya dirawat oleh Anwar. Bahkan kata pria asli Desa Mertak itu memberikan Elang Laut bermata satu itu makan 2 kali dalam sehari.
"Jadi waktu makannya pagi dan sore. Jadi nggak boleh telat," cerita Anwar.
Elang Laut itu kini dilepas bebas di TWA Gunung Tunak. Namun, karena penglihatannya tidak normal, burung itu tidak bisa terbang jauh dari kawasan TWA Gunung Tunak. Bahkan burung itu sesuai hasil pemantauan Anwar sudah tidak bisa memburu di alam bebas.
Mengurus Elang Laut, Anwar hanya mendapatkan gaji UMR dari pihak TWA Gunung Tunak di bawah wewenang BKSDA NTB. Bahkan Anwar rela menghabiskan kesehariannya dengan setia menjaga elang laut yang bernama Si Patok tersebut.
"Ya hanya saya yang merawat dia. Teman-teman yang lain merawat rusa dan area TWA Gunung Tunak," pungkas Anwar.
Diketahui, TWA Gunung Tunak memiliki luas 1.217 hektar. TWA Gunung Tunak juga memiliki keindahan alam yang dilindungi pemerintah. Areanya menjorok ke Samudra Hindia sebagai salah satu sisi terluar Pulau Lombok wilayah Kabupaten Lombok Tengah.
Potensi sumber daya TWA Gunung Tunak dengan lekuk pantai tersembunyi diapit tebing-tebing batuan gamping purba. Juga dengan backdrop hutan tropis dataran rendah TWA Gunung Tunak memiliki keanekaragaman flora dan fauna endemik yang masih terjaga.
Pengelolaan TWA Gunung Tunak berada di bawah supervisi BKSDA NTB dan dukungan salah satu Non Government Organization (NGO) yang bergerak di bidang penyelamatan hutan Korea-Indonesia Forest Cooperation Center (KIFC).
Selain itu, TWA Gunung Tunak juga dikelola langsung oleh masyarakat melalui Kelompok Ekowisata Tunak Besopok mulai tahun 2014 silam.
Reporter: bbn/lom