search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Gadget, Tanpa Disadari Menjadi Penggiring Penyakit Psikologis
Sabtu, 19 Mei 2018, 11:30 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com.Denpasar, Menjadi nomor enam pengguna internet terbanyak di dunia, tentu mencirikan pengguna gadget di Indonesia sangatlah banyak. Tidak diragukan lagi bahwa gadget hampir mendampingi di sebagian hari aktivitas manusia. Misalnya seperti bermain game, membaca berita online, dan membuka media sosial untuk melihat informasi yang diinginkan.
 
[pilihan-redaksi]
Dalam ilmu psikologi ada dampak positif dan negatif ketika seseorang menggunakan gadget. Seperti saat bermain game, koordinasi mata, pikiran, serta motorik pemain game akan dilatih menjadi lebih baik. Namun, apabila penggunaan gadget tanpa batas waktu akan membuat seseorang menjadi kecanduan dan mempengaruhi mental yang dapat  berubah menjadi seseorang yang “anti sosial”.
 
“Bermain gadget tidak dilarang, asalkan bisa mengatur waktu dan mendisiplinkan diri. Tapi apabila mojok di kamar keasyikan dengan gadgetnya terus menerus kemungkinan bisa menjadi “anti sosial” yang merasa tidak nyaman berinteraksi dengan orang-orang diluar, timbul kecemasan-kecemasan dalam diri, tidak mampu berinteraksi, dan  tidak mampu ketemu real kasus,” kata Psikolog Hari Imam Wahyudi selaku founder Dian Selaras Konsultan Psikologi & Klinik Hipnoterapi.
 
Nomophobia  menjadi salah satu gangguan psikologis yang mungkin sebagian besar orang sudah mengalaminya. Nomophobia adalah gejala dimana seseorang kecanduan dan ketergantungan terus ingin bersama dengan ponselnya. Seperti yang diungkapkan Hari Imam, ketika sebelum tidur dan setelah bangun tidur selalu mencari gadget itu berarti sudah masuk ke dalam gejala nomophobia, dan apabila gadget ketinggalan akan merasa panik. Apabila sudah menjadi kecanduan tidak menutup kemungkinan orang tersebut menjadi psikopat.
 
“Seseorang yang sudah sangat kecanduan bahkan tidak menutup kemungkinan menjadi psikopat. Ada sesuatu emosi yang tidak tersalurkan, tidak nyaman, tidak menemui harapan yg sesuai, sedikit-sedikit marah kalau sudah sampai addict,” ungkap Hari Imam.
 
[pilihan-redaksi2]
Kebutuhan menjadi salah satu hal yang membuat seseorang di era teknologi ini terjerumus ke dalam gangguan nomophobia. Hampir sama dengan yang diungkapkan Nada salah satu siswa SMA di Gianyar mengatakan bahwa sebelum tidur dan setelah bangun tidur selalu mencari gadgetnya untuk mengetahui informasi di sekolahnya.
 
“Setelah bangun tidur biasanya mengecek gadget untuk melihat pengumuman di grup sekolah atau pengumuman lainnya. Dan sebelum tidur biasanya gadget saya gunakan untuk melihat media sosial sambil mendengarkan lagu untuk tidur,” jawab Nada.
 
Selain kesadaran diri si pengguna gadget, Hari Imam juga menambahkan bahwa peran orang tua sangat penting. Hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejala nomophobia dari gadget adalah dengan memasang batasan waktu saat menggunakan gadget. Mendorong anak untuk mencari aktivitas lain diluar rumah sehingga dapat berinteraksi dengan banyak orang yang lebih bermanfaat. (bbn/fisipunud/rob)

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami