PBB Ungkap Rusia dan Ukraina Sama-Sama Siksa Tahanan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Kantor hak asasi manusia PBB (OHCHR) mengatakan bahwa baik Rusia dan Ukraina sama-sama menyiksa tawanan perang selama konflik yang terjadi hampir sembilan bulan. Tim pemantau PBB yang berbasis di Ukraina mendasarkan temuannya pada wawancara dengan lebih dari 100 tawanan perang di setiap sisi konflik sejak April.
Wawancara dengan tawanan perang Ukraina dilakukan setelah pembebasan mereka, karena Rusia tidak memberikan akses ke tempat-tempat penahanan.
Matilda Bogner, kepala misi pemantauan, mengatakan pada konferensi pers di Jenewa bahwa sebagian besar pasukan Ukraina yang ditawan oleh pasukan Rusia melaporkan penyiksaan dan perlakuan buruk. Dia memberi contoh serangan anjing, eksekusi palsu, kejutan listrik dengan taser dan telepon militer, serta kekerasan seksual.
Bogner, yang merupakan salah satu pewawancara PBB dan berbicara kepada wartawan melalui tautan video dari Ukraina, mengatakan perlakuan itu ditujukan untuk mengintimidasi dan mempermalukan mereka.
Seorang pria di koloni penjara dekat Olenivka mengatakan kepada tim bahwa anggota kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan Rusia memasang kabel ke alat kelamin dan hidung serta menyetrumnya.
"Mereka hanya bersenang-senang dan tidak tertarik dengan jawaban saya atas pertanyaan mereka," katanya, dikutip Reuters, Selasa (15/11/2022).
Di pihak Ukraina, Bogner melaporkan tuduhan yang kredibel atas eksekusi singkat terhadap tahanan Rusia, mencatat bahwa belum ada kemajuan yang terlihat dalam penyelidikan pihak berwenang Ukraina atas kasus-kasus ini.
Tawanan Ukraina lainnya melaporkan kondisi transportasi yang buruk. Mereka diangkut dengan keadaan telanjang dan tangan terikat di belakang.
Tim PBB mengatakan mereka juga telah mendokumentasikan kasus yang disebut "pemukulan selamat datang" di sebuah koloni hukuman.
Kyiv sebelumnya mengatakan akan memeriksa semua informasi mengenai perlakuan tawanan perang dan akan menyelidiki pelanggaran apapun dan mengambil tindakan hukum yang sesuai.
Diminta untuk membandingkan skala pelanggaran oleh kedua belah pihak, Bogner mengatakan penganiayaan tahanan oleh Rusia cukup sistematis, sedangkan dia mengatakan tidak sistematis untuk sebaliknya.
Sebagian besar pelanggaran oleh Kyiv terhadap tawanan perang Rusia terbatas pada tiga fasilitas interniran, katanya, dan lebih sering terjadi selama fase awal penangkapan.
Tim pemantau berencana mengunjungi daerah sekitar Kherson, kota yang diserahkan Moskow pekan lalu, untuk mencari bukti tambahan pelanggaran di kalangan warga sipil.
Pemantau PBB telah mendokumentasikan eksekusi singkat dan antara 70-80 kasus penghilangan paksa dan penahanan sewenang-wenang di daerah itu.(sumber: cnbcindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net