Akun
guest@beritabali.com

Beritabali ID:


Langganan
logo
Beritabali Premium Tidak Aktif

Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium

Aktif sampai 23 Desember 2025



Kain Gringsing Tenganan Tampil di Pameran Wastra Nusantara di Jakarta

Selasa, 7 Oktober 2025, 06:04 WITA Follow
Beritabali.com

beritabali/ist/Kain Gringsing Tenganan Tampil di Pameran Wastra Nusantara di Jakarta.

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, JAKARTA.

Kain gringsing, wastra asal Desa Tenganan Pegringsingan, Karangasem, Bali, menjadi salah satu koleksi utama dalam Pameran Nusawastra Silang Budaya pada 11–17 Oktober 2025 di Cikini 82, Menteng, Jakarta.

Keikutsertaan kain dengan teknik ikat ganda satu-satunya di Indonesia ini menegaskan peran penting gringsing dalam khazanah tekstil Nusantara, sekaligus membuka ruang bagi publik untuk memahami nilai sejarah, filosofi, dan spiritual yang terkandung di dalamnya.

Quoriena Ginting, penulis dan kolektor wastra Nusantara mengatakan pameran ini dihadirkan untuk merayakan Hari Batik Nasional sekaligus menampilkan ritme keindahan dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kain dari seluruh Nusantara, serta merangkul ekspresi-ekspresi baru.

“Pameran ini bukan hanya menyajikan keanekaragaman wastra Nusantara, tetapi juga menggelar lokakarya batik kontemporer dan bincang budaya wastra,” kata Quoriena Ginting kepada media pada Senin 6 Oktober 2025.

Pameran Nusawastra Silang Budaya yang bertema Rangkaian Bunga dan Budaya pada Wastra Nusantara akan dibuka pada Sabtu, 11 Oktober 2025 pagi.

Pembukaan pameran dirangkai dengan diskusi menghadirkan narasumber Quoriena Ginting bersama dua tokoh batik nasional Siti Maimona dan Dudung Alie Syahbana. Keesokan harinya, Minggu 12 Oktober 2025, pengunjung dapat mengikuti Workshop Batik yang dipandu Siti Maimona dan Dudung Alie Syahbana.

“Kami berharap kegiatan ini memberi ruang bagi peserta untuk memahami proses kreatif membatik sekaligus membuka dialog baru tentang bagaimana tradisi bisa terus hidup dan relevan di era modern,” ujar Quoriena Ginting.

Pameran kali ini akan menampilkan sekitar 50 batik pilihan dan wastra dari seluruh Nusantara, termasuk kain gringsing, songket dan cepuk dari Bali koleksi Quoriena Ginting lainnya.

Tak ketinggalan, dalam bazar pameran akan ditampilkan aneka wastra dari berbagai daerah di Indonesia antara lain koleksi Tatik Sri Harta (Solo) dan Henni Adli (Padang).

Kiprah Quoriena

Quoriena Ginting telah beberapa kali menggelar pameran wastra Nusantara di antaranya di Hotel Fairmont Jakarta (2025), Dharmawangsa Jakarta (2024), Bimasena Jakarta (2019), Museum Tekstil Jakarta (2018), KBRI London (2018), Apartemen Saumata (2017), Bentara Budaya Bali (2017), serta Dharmawangsa Jakarta (2016 dan 2014).

Ia juga meluncurkan buku Nusawastra Silang Budaya di ajang London Book Fair 2018 yang dirangkai dengan pameran wastra, diskusi, serta workshop batik.

Dalam berbagai kesempatan, Quoriena Ginting kerap membanggakan kain gringsing sebagai salah satu karya tradisi tenun dengan teknik dobel ikat atau ikat ganda.

Quoriena Ginting memiliki koleksi 50 kain gringsing ikat ganda dengan berbagai motif antara lain sayang kebo, yuda, lubeng, gegonggangan, dan enjekan siap.

“Teknik ikat ganda tenun gringsing merupakan satu-satunya di Indonesia. Dua lainnya dapat ditemukan pada kain kurume di Jepang dan kain patola di India. Ciri khasnya berupa motif ganda yang terjalin sempurna dan menghasilkan pola simetri,” tutur Quoriena Ginting.

Tenun gringsing diproduksi secara tradisional oleh warga Tenganan Pegringsingan, Karangasem, Bali. Kain ini dianggap sakral karena dipercaya sebagai penolak bala. Namanya berasal dari kata ‘gring’ (sakit) dan ‘sing’ (tidak), yang secara harfiah berarti ‘tidak sakit’.

Menurut kepercayaan, kain gringsing lahir dari rasa kagum Dewa Indra pada langit malam, yang kemudian menganugerahkan kemampuan menenun kepada masyarakat Tenganan untuk menggambarkan matahari, bulan, bintang, hingga menghasilkan kain berwarna gelap pekat menyerupai langit malam.

Kain gringsing bahkan tercatat dalam karya sastra klasik Kakawin Nagarakretagama karya Empu Prapañca, yang menyebutkan bahwa tirai pada salah satu kereta kencana Raja Hayam Wuruk, Sri Nata Wilwatikta, dibuat dari kain sakral ini.

Meski berusia ratusan tahun, tradisi menenun gringsing tetap hidup dan hingga kini masih digunakan masyarakat Tenganan dalam berbagai upacara adat, mulai dari ritual keagamaan, upacara potong gigi, hingga pernikahan.

Beritabali.com

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami