search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Netanyahu Mau Wajibkan Warga Israel Ultra-Ortodoks Ikut Perang di Gaza
Minggu, 3 Maret 2024, 13:45 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Netanyahu Mau Wajibkan Warga Israel Ultra-Ortodoks Ikut Perang di Gaza

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bakal memaksa warga Israel dari kelompok Yahudi ultra-ortodoks untuk masuk militer ikut berperang di Jalur Gaza.

Pernyataan Netanyahu pada Kamis (1/2) tersebut mencuat di saat koalisi dengan partai Yahudi ultra-ortodoks di pemerintahan terancam pecah.

"Kami berencana untuk mewajibkan orang-orang ultra-ortodoks bergabung di IDF (militer Israel) dan pegawai sipil nasional. Kami juga tengah melakukan cara untuk mengenai rencana itu," tutur Netanyahu seperti dikiutip dari Reuters.

Rencana Netanyahu itu pun bertolak belakang dengan putusan Mahkamah Agung Israel sejak 2018 yang mengecualikan warga ultra-ortodoks Israel dari wajib militer.

Netanyahu kemudian menyebut alasannya mewajibkan warga ultra-ortodoks gabung militer. Ia menyatakan agar beban tugas militer bisa dirasakan oleh semua rakyat Israel selama agresi negara itu ke Palestina.

Sebelumnya, parlemen Israel gagal mengeluarkan peraturan baru yang diusulkan kabinet perang Netanyahu itu. Di sisi lain, penangguhan wajib militer bagi warga ultra-ortodoks berakhir Maret ini.

Partai-partai ultra-ortodoks selama ini membantu Netanyahu mendapat suara mayoritas di parlemen bersama partai-partai sayap kanan.

Sebagai imbalan atas dukungannya, warga ultra-ortodoks ditangguhkan dari wajib militer hingga Maret 2024. Namun, Netanyahu tak mau memperpanjang masa penangguhan tersebut sehingga memunculkan ancaman perpecahan di dalam koalisi pemerintahan.

Netanyahu tampaknya menyikapi langkah yang akan diambil menteri pertahanannya untuk memveto kelanjutan undang-undang pengecualian wajib militer terebut, kecuali tercapai kesepakatan yang membuka jalan wamil bagi ultra-ortodoks.

"Kami mengakui dan mendukung mereka (ultra-ortodoks) yang mendedikasikan hidupnya untuk mempelajari Kitab Suci Yahudi. Namun tanpa eksistensi fisik, tidak ada eksistensi spiritual," kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.

Ultra-ortodoks sendiri merupakan warga kelas agamawan Israel yang difokuskan khusus urusan agama sehingga dikecualikan dari wajib militer.

Pengecualian tersebut sebenarnya menjadi sumber friksi dengan warga sekuler di Israel sejak lama.

Kaum ultra-Ortodoks mengklaim hak untuk belajar di pendidikan khusus agama ketimbang bertugas di militer selama tiga tahun wamil atau menjadi pegawai negeri sipil.

Beberapa orang mengatakan gaya hidup religius mereka akan bertentangan dengan kebiasaan militer, sementara yang lain menyuarakan penolakan ideologis terhadap negara liberal.(sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami