Gegara Ini di China, Dunia Bisa "Kiamat" Baju
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
China kini tengah bergelut dengan kenaikan Covid-19. Penguncian ketat (lockdown) diyakini akan berpengaruh pada ekonomi negara itu. Namun muncul masalah baru. Hal tersebut gelombang panas disertai ancaman banjir dan longsor.
Baca juga:
Gunung Api Sakurajima di Jepang Erupsi
Ini diyakini mengancam produksi unggulan China di sana, yakni kapas. Padahal, Xinjiang menyumbang produksi sekitar 20 persen kapas dunia yang penting dalam industri pakaian global.
"Gelombang panas terbaru Xinjiang telah berlangsung lama dan meluas," kata Kepala Ahli di Observatorium Meteorologi Xinjiang, Chen Chunyan, kepada media pemerintah.
"Cuaca ekstrem di selatan dan timur wilayah itu, lebih dari dua kali ukuran Prancis, telah berlangsung selama sekitar 10 hari," tambahnya.
"Gelombang panas seperti itu juga dapat berdampak pada tanaman, terutama kapas," jelasnya.
Kapas sendiri merupakan tanaman yang membutuhkan air sangat banyak.
Menurut beberapa perkiraan, dibutuhkan 20.000 liter air untuk menghasilkan 1 kilogram kapas, cukup untuk satu T-shirt dan celana jeans.
Sementara itu, wilayah Ruoqiang di tenggara Xinjiang juga mengaktifkan peringatan merah. Ini merupakan yang tertinggi dalam sistem peringatan panas tiga tingkat di China.
Diketahui, sejak Jumat pekan lalu, suhu diperkirakan mencapai 40 derajat Celcius . Ini akan terus berlangsung beberapa hari ke depan.
"Gelombang panas yang berkelanjutan telah mempercepat pencairan gletser di daerah pegunungan, dan menyebabkan bencana alam seperti banjir bandang, tanah longsor, dan tanah longsor di banyak tempat," kata Chen lagi.
Xinjiang sebenarnya tidak menderita sendirian. Putaran suhu ekstrem lainnya diperkirakan akan mempengaruhi sekitar 20 provinsi.(sumber: cnbcindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net