Rusia Masih Ingin Hukum Bos Wagner Usai Sempat Upaya 'Kudeta'
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Rusia disebut masih mendakwa bos tentara Wagner Group, Yevgeny Prigozhin, dan berupaya menghukumnya setelah melancarkan pemberontakan pada akhir pekan lalu.
Baca juga:
Rusia Masih 'Sembunyi' Usai Wagner Group Berontak">Putin-Elite Militer Rusia Masih 'Sembunyi' Usai Wagner Group Berontak
Sejumlah sumber penegak hukum Rusia menuturkan Dinas Intelijen Federal Rusia (FSB) belum mencabut dakwaan kriminal terhadap Prigozhin dan Wagner.
Dakwaan FSB terhadap Prigozhin meliputi menyulut pemberontakan bersenjata dan upaya penggulingan kepemimpinan militer Rusia.
Dikutip The Moscow Times, dakwaan ini berisi hukuman maksimal 12-20 tahun penjara.
Laporan ini bertolak belakang dengan pernyataan juru bicara Presiden Vladimir Putin, Dmitry Peskov, pada Minggu (25/6) sehari setelah pemberontakan Wagner berlangsung.
Dalam kesempatan itu, Peskov mengonfirmasi bahwa Kremlin tidak akan menjatuhkan dakwaan hukum terhadap Prigozhin dan pasukannya.
Belakangan terungkap bahwa keputusan Rusia itu bagian dari negosiasi Moskow dengan Prigozhin, yang dibantu oleh Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.
Sebagai imbalannya, Prigozhin menarik pasukannya dari Rostov setelah sempat menduduki markas militer Rusia di kota selatan Rusia itu.
Prigozhin juga membatalkan mobilisasi pasukannya untuk menyerbu Ibu Kota Moskow dan bersedia "mengasingkan diri" ke Belarusia.
Namun, menurut media lokal Kommersant, penyelidikan FSB terkait pemberontakan bersenjata Wagner Group masih berjalan. Para sumber bahkan menekankan bahwa masih sangat dini untuk menyimpulkan terkait proses hukum Prigozhin.
Sejauh ini, pihak berwenang Rusia belum menanggapi laporan Kommersant tersebut.
Sementara itu, beberapa media melaporkan Prigozhin telah meninggalkan Rostov pada Sabtu (25/6) malam dengan sorakan serta dukungan dari wagra lokal.
Padahal, pada Sabtu siang, Prigozhin mengerahkan pasukan Wagner untuk menduduki markas militer Rusia di Rostov.
Belum jelas keberadaan Prigozhin saat ini. Pemerintah Belarusia juga tak bisa mengonfirmasi apakah sekutu dekat Putin itu sudah ada di negaranya atau tidak.
Sebelumnya, Prigozhin sempat mengerahkan pasukannya ke Moskow, untuk menggulingkan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu. Ia mengklaim berhasil menguasai fasilitas militer dan lapangan terbang di Rostov-on-Don, Rusia, pada Sabtu (24/6) pukul 07.30 waktu setempat.
"Ini bukan kudeta militer, tapi pawai keadilan," ujar Prigozhin dikutip dari Associated Press.
Namun, Prigozhin mengatakan menarik mundur pasukan tentara bayarannya demi menghindari pertumpahan darah di Moskow, Rusia.
"Kami menarik barisan kami dan kembali ke kamp lapangan," katanya, Sabtu (24/6) waktu setempat, dilansir AFP.
"[Kami] paham pentingnya momen itu dan tidak ingin menumpahkan darah Rusia," lanjutnya.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net