Buleleng Festival 2025 Dibuka, Wagub Giri Prasta Apresiasi Pengelolaan Sampah Ramah Lingkungan

beritabali/ist/Buleleng Festival 2025 Dibuka, Wagub Giri Prasta Apresiasi Pengelolaan Sampah Ramah Lingkungan.
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BULELENG.
Wakil Gubernur Bali I Nyoman Giri Prasta secara resmi membuka Buleleng Festival 2025, menandai kembalinya perayaan budaya besar di Buleleng setelah vakum selama enam tahun.
Dalam sambutannya, Giri Prasta memberikan apresiasi kepada Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra beserta jajaran atas penyelenggaraan festival yang dinilai mampu memadukan pelestarian budaya, penguatan ekonomi lokal, sekaligus inovasi pengelolaan lingkungan.
"Buleleng Festival yang dibuka Bapak Bupati ini luar biasa sekali," ujarnya dengan penuh antusias.
Ia menekankan tiga pilar utama festival, yakni menggerakkan seniman lokal dengan prinsip kemajuan tanpa meninggalkan adat-budaya, menghidupkan perekonomian, serta menyediakan ruang kreatif bagi generasi muda.
"Saya harap tahun depan lebih bagus lagi. Ini akan kita jadikan evaluasi dan kita di provinsi akan membantu ke depannya," janji Giri Prasta.
Fokus pada Pengelolaan Sampah
Dalam arahannya, Giri Prasta menyoroti pentingnya pengelolaan sampah festival agar tidak berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Ia mendorong agar seluruh sembilan kecamatan dan 148 desa/kelurahan di Buleleng memiliki TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Selain itu, Pemprov Bali juga menyiapkan rencana pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di tiap kecamatan dan melakukan konsultasi intensif dengan Bupati untuk solusi jangka panjang, termasuk pengelolaan sampah di TPA Bengkala.
"Tujuannya untuk kita wariskan kepada anak cucu di Buleleng," tegasnya.
Festival Angkat Filosofi Topeng
Bupati Sutjidra menambahkan bahwa Buleleng Festival 2025 mengangkat filosofi topeng sebagai warisan budaya tak benda. Topeng tidak hanya sebatas penutup wajah, tetapi juga sarat dengan cerita, karakter, dan nilai luhur.
Festival yang berlangsung enam hari, 18–23 Agustus 2025 ini, menjadi ruang edukasi generasi muda sekaligus pameran keberagaman topeng khas Buleleng, mulai dari topeng sakral ritual hingga seni pertunjukan.
Baca juga:
Lomba Kuliner Hotel di Buleleng Festival
“Mulai dari topeng sakral dalam ritual hingga topeng seni pertunjukan. Ssekaligus edukasi bagi generasi muda,” jelas Sutjidra.
Festival Ramah Lingkungan
Selain pertunjukan budaya, festival tahun ini juga memperhatikan aspek keberlanjutan. Material yang digunakan seluruhnya berwawasan lingkungan. Salah satu yang menarik perhatian adalah patung raksasa di panggung utama yang dibuat dari plastik daur ulang seberat 1,7 ton.
"Saya menyaksikan sendiri bagaimana mereka mengangkat patung ini," imbuh Sutjidra.
Penggunaan material daur ulang serta pengelolaan sampah yang meminimalisir ke TPA menjadi bukti nyata komitmen Buleleng dalam menggelar festival budaya yang ramah lingkungan.
Editor: Redaksi
Reporter: Diskominfo Buleleng