Militer Irak: Serangan AS Pelanggaran Kedaulatan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Militer Irak mengecam serangan udara Amerika Serikat yang menghantam fasilitas al Hashd al Shabi di kota Al-Qaim, Irak, yang terletak di bagian barat provinsi Anbar di sepanjang perbatasan Irak-Suriah, pada Sabtu pagi waktu setempat.
Dalam sebuah pernyataan, Yahya Rasool, juru bicara Angkatan Bersenjata Irak, mengecam serangan tersebut sebagai "pelanggaran kedaulatan Irak."
"Kota Al-Qaim dan daerah perbatasan Irak menjadi sasaran serangan udara oleh pesawat AS, pada saat Irak sedang berusaha keras untuk menjamin stabilitas kawasan," kata Rasool.
Wali kota Al-Qaim, Turki Al-Mahalawi, mengatakan serangan tersebut mengenai tiga rumah yang digunakan sebagai gudang senjata oleh PMU (Unit Pergerakan Rakyat).
Selain di kota tersebut, serangan AS juga menyasar 85 titik di tujuh lokasi di Suriah dan Irak di wilayah yang didukung militan Iran. Serangan itu setidaknya menewaskan 18 milisi Suriah yang didukung Iran.
Serangan ini juga ditengarai bakal menjadi awal dari serangkaian serangan Amerika berskala lebih besar pada milisi dukungan Iran yang pekan ini menyerang pasukan AS di Timur Tengah.
Tewaskan tiga militer AS
Sebelumnya serangan milisi yang didukung Iran menewaskan tiga anggota militer AS dan 40 orang lainnya luka-luka di Yordania.
Milisi yang didukung Iran memang telah menargetkan fasilitas militer AS di Irak dan Suriah lebih dari 160 kali sejak Oktober. Hal ini membuat anggota parlemen Partai Republik menyerukan agar Amerika menyerang wilayah Iran secara langsung untuk menyampaikan pesan yang jelas.
Namun para pejabat lainnya mengingatkan bahwa respons AS harus proporsional agar tidak memperburuk keadaan di wilayah tersebut.
Militer AS kemudian meluncurkan beberapa serangan yang menargetkan depot senjata produksi Iran di Irak dan Suriah sejak Oktober.
Namun tidak satupun dari serangan tersebut menghalangi para militan untuk melancarkan 165 serangan yang melukai lebih dari 120 anggota militer AS di seluruh wilayah tersebut.
Iran telah menghabiskan waktu bertahun-tahun berinvestasi di kelompok-kelompok proksi regional ini, yang secara informal dikenal sebagai "poros perlawanan," dengan memberikan mereka uang, senjata, dan pelatihan.
Namun, tidak satu pun serangan kelompok proksi lainnya sejak bulan Oktober menewaskan anggota militer AS.
Serangan terakhir menandai peningkatan yang signifikan, yang kemudian direspons AS.
Iran sendiri telah berulang kali mengatakan bahwa mereka tidak memicu konflik.
Pada hari Jumat, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan negaranya tidak akan memulai perang tetapi akan "merespons dengan kuat" terhadap para pelaku intimidasi.
"Kami telah berulang kali mengatakan bahwa kami tidak akan memulai perang apa pun; tetapi jika negara atau kekuatan penindas ingin menindas kami, Republik Islam Iran akan merespons dengan keras," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi di provinsi Hormozgan, Iran selatan.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net