search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Selama 2009-2016 Penurunan Luas Lahan Sawah di Sarbagita Mencapai 244,32 hektar
Minggu, 28 April 2019, 11:55 WITA Follow
image

Beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Berdasarkan hasil pemetaan secara spasiotemporal menunjukkan  bahwa selama periode 2009-2016 telah terjadi penurunan luasan lahan sawah di kawasan Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan atau yang lebih dikenal dengan Sarbagita mencapai 244,32 hektar.

Pemetaan spasiotemporal dilakukan dengan menggunakan bantuan citra satelit Ikonos dan Pleiades.

[pilihan-redaksi]
Demikian terungkap dalam artikel ilmiah berjudul “Analisis Spasiotemporal Alih Fungsi Lahan Sawah Berdasarkan Citra Satelit dan Sistem Informasi Geografis di Kawasan Metropolitan Sarbagita, Bali” yang dipublikasikan dalam Jurnal Kajian Bali, volume 09, nomor  01, tahun 2019.

Artikel tersebut ditulis oleh I Putu Sriartha, I Putu Gede Diatmika,  dan I Wayan Krisna Ekaputra dari Universitas Pendidikan Ganesha.

I Putu Sriartha dan kawan-kawan menuliskan berdasarkan peta spasiotemporal  yang dihasilkan menunjukkan telah terjadi penurunan luas lahan sawah dari10.810,18 hektar pada tahun 2009 berkurang menjadi 10.565,82 hektar tahun 2016.

Fenomena alih fungsi lahan sawah cenderung bergerak dari sebelumnya dominan di  wilayah bagian selatan menuju ke arah utara.

[pilihan-redaksi2]
Disebutkan alih fungsi lahan sawah membentuk pola mengelompok  di wilayah pinggiran  timur  berdekatan  dengan  pusat  pariwisata Ubud, Kota Denpasar, dan pusat pariwisata Kuta

Selain itu juga terjadi perubahan orientasi spasial alih fungsi lahan sawah dari sebelumnya terkonsentrasi di pinggiran pusat pariwisata Kuta  bergerak  ke  bagian  tengah  dan  utara  di  wilayah Kecamatan Abiansemal.

Perubahan orientasi spasial fenomena alih fungsi lahan sawah diduga ada kaitannya dengan harga lahan (land price) yang semakin tinggi di bagian selatan akibat dari  semakin  terbatasnya  sumberdaya  lahan. disamping itu, adanya perubahan pola pikir dari pemilik lahan  sawah  di pinggiran  wisata Kuta untuk tidak menjual lahan sawahnya seiring dengan meningkatnya kesejahteraan ekonomi mereka. [bbn/ Jurnal Kajian Bali/mul]

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami