search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Tak Sreg Posisi Putra Mahkota Hingga Picu Bentrok di Keraton Surakarta
Minggu, 25 Desember 2022, 12:54 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Tak Sreg Posisi Putra Mahkota Hingga Picu Bentrok di Keraton Surakarta

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Keraton Surakarta tengah memanas akibat konflik internal keluarga. Cekcok tersebut bahkan dilaporkan membuat empat orang terluka di bagian kepala.

Keributan yang terjadi pada Jumat (23/12) petang ini disebut mencuat setelah munculnya isu pencurian dan penganiayaan yang melibatkan pihak dalam keraton. Sentono Ndalem Keraton Kasunanan Surakarta KRA Christophorus Aditiyas Suryo Admojonegoro mengaku telah dianiaya oleh putri Keraton Solo berinisial GKR TRKD.

"Dari satgas, 4 orang luka di kepala," ucap Aditiyas melalui pesan tertulisnya.

Kapolresta Surakarta Kombes Pol Iwan Saktiadi mengatakan pihaknya tengah menyelidiki kasus bentrokan tersebut. Ia mengatakan kepolisian akan menindaklanjuti jika ada bukti yang mengarah ke tindak pidana.

"Kalau ada unsur yang mengarah ke pidana akan kami tindak lanjuti," katanya, Sabtu (24/12).

Keluarga Keraton Surakarta disebut telah memanas setelah penetapan putra mahkota oleh Paku Buwono XIII. Lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta disebut menentang keputusan yang diambil usai kirab budaya itu.

Konflik antara pihak Paku Buwono XIII (Hangabehi) dengan kubu Lembaga Dewan Adat (LDA) pimpinan GKR Koes Moertiyah atau yang akrab disapa Gusti Moeng pun tak terelakkan.

Tak sreg pada posisi putra mahkota

Penetapan putra mahkota yang dilakukan PB XIII disebut sebagai tindakan keliru. Gusti Moeng menyebut bahwa penetapan putra tunggal PB XIII hasil pernikahan dengan permaisuri Gusti Kanjeng Ratu PB XIII Hangabehi, yakni Kanjeng Gusti Pangeran Harya (KGPH) Purbaya sebagai putra mahkota tidak tepat.

Pasalnya, PB XIII telah memiliki putra tertua dari pernikahan sebelumnya, yakni KGPH Mangkubumi.

"Ini adiknya [Purboyo] dipaksa oleh ibunya [permaisuri]. Dari ibunya saja gagal, [salah satunya] tidak memenuhi kriteria perawan," kata dia.

Alih-alih putra tunggalnya dengan permaisuri terkini, KGPH Mangkubumi dinilai lebih tepat menjadi putra mahkota mengingat yang bersangkutan merupakan putra tertua PB XIII.

"Dia anak laki-laki tertua dari sinuwun [PB XIII]. Kan, harus urut tua. [Penetapan putra mahkota sebelumnya] bisa batal demi hukum, hukum adat dan hukum nasional. [Mangkubumi] sudah dipilih abdi dalem dan sentono dalem," ucap dia.

Gusti Moeng mengklaim para sentono dan abdi dalem tidak sreg dengan penetapan tersebut. Gusti Moeng juga mengaku bakal melakukan alih asma (alih nama) Mangkubumi menjadi Hangabehi.

"Sejak dapat [nama] Mangkubumi, sentono dan abdi dalem tidak sreg, Keraton Surakarta tidak pakai Hangabehi untuk anak-anak tertua," kata dia.

"Dari kesepakatan abdi dalem dan sentono [kerabat keraton], hari ini alih asma dari KGPH Mangkubumi ke KGPH Hangabehi. Hangabehi itu maksudnya menyeluruh, sebetulnya [nama tersebut] sama dengan yang sekarang jadi raja [PB XIII]," katanya.

Konflik antara PB XIII dengan Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Surakarta kembali memanas hingga terjadi bentrokan. LDA Keraton Surakarta sendiri beranggotakan sebagian saudara PB XIII, yakni putra-putri PB XII.(sumber: cnnindonesia.com)
 

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami